TNI kurang belajar dari sejarah. Peristiwa arogansi oknum TNI, Kapten A, atas pengendara motor di Jalan Palmerah, Jakarta, sebenarnya bisa dijadikan peluang bagi institusi TNI untuk mempromosikan TNI kepada rakyat bahwa TNI sudah berubah 100% dibanding jaman Orde Baru. Namun, melihat konferensi press yang dilakukan seorang perwira tinggi TNI di TV, sangat kental aroma pembelaan terhadap anggotanya yang jelas-jelas bersalah tersebut. Bukan sekedar pembelaan lagi, bahkan seolah sang perwira tinggi tersebut seperti "melegalkan" kelakuan anak buahnya yang kayak berandalan tersebut. Dalam statemen-statemen-nya, sang perwira tinggi tersebut juga terkesan menyudutkan "sang biker" pemberani tersebut. Bekalnya cuma pengakuan sepihak sang Kapten pengecut tersebut. Ya iyalah, mana ada orang ngakuin kesalahannya bila pengakuan tersebut punya konsekuensi yang maha berat, menyangkut : kelangsungan karier dan hukuman penjara.
KEMBALI KE ARTIKEL