Hujan..........., memang kawan. Sekumpulan titik embun merupakan keberkahan bagi tanaman, pepohonan untuk mempompa oksigen kehidupan untuk tiap pernafasan. Kekeringan lebih dari 6 bulan dilupakan oleh para petani, para pahlawan mulia untuk menumbuhkan padi, gandum, sayuran dan buah-buahan sebagai energi kehidupan. Tapi mengapa begitu banyak keluhan karena
hujan, tak adilkah Sang penurun
hujan, mengapa kau sering kau salahkan
hujan seakan kau lebih pintar daripada Tuhan atau patutkah meminta Ya….Tuhan….semoga tidak turun
hujan, Coba sebentar engkau renungkan kawan. Saat kekurangan kau bertanya kapan
hujan, lalu tak lama waktu berselang tetesan
hujan menjawab permintaan. Pepohonan dan hewan berseru Alhamdulillah sebagai wujud penyukuran dikala
hujan, namun kebanyakan manusia membaca Astagfirullah sebagai bentuk keegoisan bagai tak memerlukan, lalu dimanakah keadilan ? Takkan pernah kawan, takkan pernah akan kaulihat
Rahmat Tuhan jika engkau terus menyebar penyalahan, tiap nafas yang kau hirup hanya kau anggap upeti kewajiban tumbuhan atasmu karena takdirmu sebagai khalifah, amanah dari Tuhan. Bagai seorang malin kundang pemusnahan pepohonan merupakan pembenaranmu dalam meraih rezeki Tuhan lalu apa ini dinamakan kebenaran ? Lalu saat Tuhan menghembuskan terpaan atau cobaan, dengan lantang kau meneriakkan “Apa dosa yang telah kau lakukan ? “, coba kau renungkan apa kau pernah mengkalkulasikan
Pemberian dan imbalan atas tiap
nikmat yang kau habiskan sebelum hal tersebut kau teriakan ? Sungguh adakah kisah yang lebih memalukan selain argumen keadilan dan pembenaran darimu kawan, apakah ini bukan bentuk penistaan atas sebuah kebaikan atau kedurhakaan atas sebuah
pemberian ?
Cobalah engkau renungkan dari setetes air hujan ? Mari kita tak menyalahkan atas perbuatan Tuhan… Mari kita mensyukuri segala pemberian Tuhan…. Niscaya kita dapat dibukakan jalan menuju kebahagiaan…..
KEMBALI KE ARTIKEL