Lelaki itu tertunduk lesu, wajahnya terpekur menatap tikar yang dipakai alas duduk sejak pagi tadi. Ia tak sanggup melanjutkan ceritanya, meskipun dengan wajah penuh harap saya menunggu. Ia hening sejenak dan menghela nafasnya yang terasa berat. Lelaki itu adalah Agus, ia seorang pendeta yang memimpin sebuah gereja di kaki bukit. Diujung desa, dekat kantor kecamatan dan nyaris berhadapan dengan kantor polisi.
KEMBALI KE ARTIKEL