Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Wayan, Made, Nyoman, Ketut

15 Januari 2011   21:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:32 6114 1
Wayan, Made, Komang, Ketut; Sekelumit Tentang Asal Mula Nama Orang Bali

G. Suyasa

Ayah saya bernama I Wayan Gubar.  Beliau lahir tahun 1945, pada akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Hidup sangat sulit di zaman itu, itulah sebabnya kenapa ketika ia lahir kakek saya sesungguhnya hendak memberinya nama depan (first nameGabur yang berarti berantakan.

Tapi karena seorang ayah tetangga yang bayinya lahir hampir bersamaan,   lebih dahulu menamai anaknya Gabur , nama itu telah dipatenkan orang.  Ia terpaksa memberi anaknya nama Gubar, yang tidak memiliki arti apapun.  Sesungguhnya di era tersebut, banyak nama Bali tidak bermakna apa-apa atau hanya sebuah onomatope.

Kakek saya  senang mendapatkan seorang anak sulung laki-laki, karena anak lelaki tertua dalam keluarga bertanggungjawab atas upacara kremasi orang tuanya. Karena anak pertama, maka di depan nama depannya ia mendapatkan gelar Wayan yang artinya sulung.

I di depan Wayan adalah kata sandang yang bermakna laki-laki. Kata sandang penanda perempuan adalah Ni. I dan Ni juga bermakna serorang lelaki dan wanita dari keluarga kebanyakan (jaba). Jika misalnya  ia terlahir di keluarga penempa besi,  ia bernama Pande Wayan Gubar. Bila di depan Wayan, gelarnya Ida Bagus, ia tentunya terlahir di keluarga Brahmana. Ida Bagus berarti yang Tampan atau Terhormat.  Jika saja ia digelari anak Agung, pastilah ia lahir di keluarga bangsawan.

Wayan berasal dari kata "wayahan' yang artinya yang paling matang.  Titel anak kedua adalah Made yang berakar dari kata madia yang artinya tengah. Anak ketiga dipanggil Nyoman yang secara etimologis berasal dari kata uman yang bermakna "sisa" atau "akhir".  Jadi menurut pandangan hidup kami, sebaiknya sebuah keluarga memiliki tiga anak saja.  Setalah beranak tiga, kita disarankan untuk lebih "bijaksana". Namun zaman dahulu, obat herbal tradisional kurang efektif untuk mencegah kehamilan, coitus interruptus tidak layak diandalkan, dan aborsi selalu dipandang jahat, sehingga sepasang suami istri mungkin saja memiliki lebih dari tiga anak.

Anak keempat gelarnya Ketut. Ia berasal dari kata kuno Kitut yang berarti sebuah pisang kecil di ujung terluar dari sesisir pisang. Ia adalah anak bonus yang tersayang. Karena program KB yang dianjurkan pemerintah, semakin sedikit orang Bali yang bertitel Ketut. Itu sebabnya ada kekhawatiran dari sementara orang Bali akan punahnya sebutan kesayangan ini.

Orang Bali memiliki sebuah tabu bahwa petani tidak boleh menyebut kata tikus, di Bali disebut bikul,  di sawah, karena hal ini bagai mantra yang bisa memanggil tikus. Untuk itu di sawah, orang memanggilnya dengan julukan spesial  " Jero Ketut". Ia bermakna tuan kecil. Ini berangkat dari pandangan bahwa tikus bagimanapun juga adalah bagian dari keseimbangan alam.

Bila keluarga berancana gagal, dan sebuah keluarga memiliki lebih dari empat anak, maka mulai dari anak kelima, orang Bali mengulang siklus titel di atas. Anak kelima bergelar Wayan, keenam Made, dan seterusnya.

Namun jika bicara lebih rinci, ketiga titel hirarki kelahiran orang Bali memiliki sinonim; untuk Wayan: Putu, Kompiang, atau Gede; untuk Made: Kadek atau Nengah; untuk Nyoman: Komang. Ketut yang istimewa tak bersinonim.

Seperti orang Jawa, orang Bali tidak memiliki nama marga atau nama keluarga (family name).  Walaupun menurut lontar, keluarga kami tergolong dalam klan Kubayan, nama keluarga ini tidak secara eksplisit ditambahkan dalam sistem penamaan. Jadi kalau di lihat dari kaca mata orang barat kami hanya memiliki first name tanpa family name. Konon ini memudahkan orang untuk menyamar di waktu perang.  Bahkan bila terpaksa, setelah kekalahan militer, seorang bangsawan bisa mengaku sebagai orang kebanyakan. Dan seluruh keturunannya pun terpaksa memakai titel I dan Ni.

Namun demikian tentunya ada pengecualian, saya secara pribadi mengenal teman-teman yang memiliki nama marga seperti orang Batak. Misalnya ada yang turun temurun dengan jelas menambahkan nama marga atau sub marga sepeti  Dusak, Pendit, dan lain lain di belakang nama depan . Misalnya (hanya rekayasa), Wayan Sujana Pendit.  Di jaman modern ketika nama keluarga jadi penting untuk urusan paspor atau kalau tinggal di luar negeri, beberapa keluarga Bali yang progresif membuat nama marga baru yang biasanya diambil dari nama seorang ayah yang berpendidikan tinggi dan "sukses".

Banyak hal yang berubah di Bali sejak  kemerdekaan Indonesia. Bila di zaman kakek atau bapak saya, orang menamai anaknya sekehendak hati, sering tanpa arti, atau hanya onomatope, di zaman saya, orang-orang mulai ramai memakai nama yang berasal dari bahasa Sanskerta. Waktu SD di tahun 1980-an, teman-teman saya memakai nama depan (first name) yang "megah".  Misalnya (ini cuma rekayasa untuk menghindari ketersinggungan) : Sujana yang bermakna orang yang terpelajar, Astika yang bermakna yang percaya Tuhan, Danapriya yang bermakna harta utama, Gunawan yang berarti ia yang memiliki kualitas.  Kecenderungan ini menunjukkan  demokratisasi, karena dahulu umumnya hanya kaum bangsawan dan brahmana yang bernama gagah, serta kesetaraan edukatif di mana orang kebanyakan mulai bersentuhan dengan istilah-istilah Sanskerta karena pelajaran formal agama yang diajarkan di sekolah dan mulai membaca teks-teks filsafat India.

Namun ada hal yang menarik, walaupun kami mulai bernama indah, nama-nama kuno tetap bertahan secara natural, mereka berinkarnasi menjadi nama-nama panggilan atau kecil kami yang biasanya diciptakan seorang anak yang paling kreatif di sekolah.  Karena di lidah kami kata-kata Sanskerta relatif  sulit diucapkan, teman saya Astika dipanggil Mokoh yang artinya gendut, Danapriya diejek Jublag (yang hanya sebuah permainan bumi tanpa makna), Gunawan digelari Badeng karena berkulit gelap. Nama-nama familiar  yang identik dengan gaya penamaan kuno leluhur kami.

==

Tulisan ini adalah versi Indonesia disertai pengembangan dan beberapa penyesuaian dari artikel  L'origine des noms et prénoms Balinais yang  saya dulu tulis untuk www.balirustique.com

.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun