Muazin itu ayahku, terbatuk lusuh di sudut pancang rumahMu. Sambil merenggut kecewa yang sudah seminggu mendiami batinnya, ditatapinya mimbar yang kesepian. Tak ada suara di situ, tak juga do'a-do'a pasrah memohon, apalagi ayat-ayat penenang hati, atau sabda-sabda penyejuk jiwa.
KEMBALI KE ARTIKEL