Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Asoy... Merasakan Fasilitas Bak Gayus

11 Februari 2011   04:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:42 142 0
Apa sih enaknya jadi Gayus? Apa pun yang berbau Gayus kayaknya serba sensasional... Hingga lagu Andai Aku Gayus Tambunan pun meledak . . . ! Semua orang dibuat iri pada Gayus. Dan memang bisa menjadi Gayus (baca: merasakan fasilitas seperti Gayus) memang sungguh asyik coy...(asoy)..! Saya sempat merasakan pada saat proses pembuatan paspor di salah satu Kantor Imigrasi di Jakarta.

Ceritanya, aku didaulat untuk ikut mengiringi rombongan trip yang jumlahnya mencapai 650 orang ke Bangkok dan Kuala Lumpur selama 5 hari. Aku diminta membantu dokumentasi foto. Keputusannya itu bisa dibilang cuma 1 bulan dari hari H.  Sebenarnya sudah agak lama diplotkan ikut, tapi tetap saja ketua panitia menyatakan bahwa kepastian (aku dan beberapa teman lain) berangkat tidaknya ditentukan oleh direksi langsung. Sudah pasti lumayan kelabakan untuk mengurus segera karena paspor para peserta trip sudah pada dikumpulin.

Sudah terdesak seperti itu aku teringat ada teman yang memang bergerak dalam bidang jasa, di antaranya jasa pengurusan paspor. Yahhh lewat dia saja.. Itung-itung bagi-bagi rezeki dan memang aku lagi terdesak....

"Berapa biayanya om...?" tanyaku datar.

"Tergantung Pak.... mau jadi 2 hari atau 10 hari, atau yg biometric.....," temanku itu balik bertanya. Lalu dia menjelaskan besaran biayanya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. Nah yang biometric atau apa itu namanya, aku abaikan saja, karena biayanya paling gede.

"Wah yang paling murah jadinya 10 hari kerja ya.. ndak bisa lebih cepat om.. karena panitia di kantor nungguin nih...." kataku merajuk.

"Loh berangkatnya bukannya masih lama... kalau cuma di Bangkok & Kuala Lumpur ndak terlalu bagaimana kok.... Siapa sih travel tour-nya, nanti biar aku kirim langsung ke sana deh..." jelasnya yang semakin menenangkan kekhawatiranku. (khawatir paspor jadinya lama)..

Akhirnya tercapai kata sepakat, ambil yg 10 hari jadinya. Kebetulan ada teman satu lagi yang juga mau mengurus paspor baru. "Jadi kalaupun telat2 dikit ada temannya lah.." begitu pikirku dalam hati  (hati kok bisa berpikir ya....? kadang aku ndak sadar kalau memakai kata ini).

"Besok pagi hari Rabu foto dan interview ya Pak" kata dia...

"OK"

Ketika hari Rabu tiba, dapat pesan lagi.

"Nanti di sana ketemu dengan Pak Reno (samaran).... bilang tamu dari temannya Pak Julian (samaran temanku).....Dah ditungguin di sana..." pesannya.

Rencana sampai kantor imigrasi jam 8 kurang jadi lewat. Salah masuk dari belakang. Loh kok sepi? Benar juga ternyata itu pintu belakang. Putar ke depan.... waaahhh ternyata sudah ada antrian panjang.. di luar pintu..... Wah bakalan antri juga nih kayaknya.... Teringat pesan temanku untuk menghubungi Pak Reno, aku coba tanya di petugas satpam di dalam ruangan nanya Pak Reno. "Oh.. tunggu saja di sini pak, duduk dulu deh pak di kursi itu..... nanti Bapak juga dipanggil..." begitu pesannya. Lega pertama, karena ternyata aku tak jadi antre.

Tak berselang lama, namaku dipanggil. "Oh.. ini ternyata Pak Reno. Masih muda juga," gumamku dalam hati "Sini-sini Pak.... Gimana bapak bawa dokumen aslinya kan...?" tanyanya. Aku menjawab pendek "Ya .. Pak " Aku diberi nomor antrian untuk foto dan interview. Diminta berdiri di depan pintu ruang foto. Setelah 3-4 orang dipanggil untuk foto, namaku dipanggil juga untuk foto dan sidik jari. Dalam hitungan menit aku dah selesai foto dan interview. Kemudian duduk di luar menunggu giliran interview.

Aku lihat orang dah pada antre di ruangan itu. Pagi yang benar-benar semrawut. Penuh dengan orang dalam ruangan yang tidak begitu luas. Aku mengamati display nomor antrean. Terpajang nomor antrean baru nomor 2 untuk interview.

"Wah... bisa jadi siang.. nih mbak kita pulang ke kantornya.. nomor antrean kita 24.. sementara tadi yang dipanggil baru nomor antrean 2..." kataku pada teman sekantor yang kebetulan mengurus paspor bareng aku dengan jasa yang sama.

"Iya.. apa sih yang ditanyain..." kok lama sekali.

Belum lama berkata seperti itu.. Eh aku dah dipanggil dengan kode dengan tangan. Untuk masuk ruang interview sekaligus berdua.Tak berapa lama, mungkin cuma 3-5 menit, tandatangan, dan ditanya ini itu. Dah beres...

"Keluar dari ruang interview di antar Pak Reno.  Sudah pak sudah selesai tinggal tunggu nanti paspornya akan diberikan oleh Pak Julian.." katanya.

"Bener nih Pak sudah.... Oh ya sudah kami pamit dan terima kasih Pak... " kataku seakan tak terpercaya begitu cepatnya kami selesai urusan di sana (rasanya hanya berkisah 1 jam-an).  Aku bilang begitu sambil mengingat orang-orang pada antri di luar (aku sih melihat untuk dicek kelengkapan syarat-syarat dokumen yg di bawa).... ngantre untuk bayar di loket, ngantre untuk foto dan interview, dan tentu ngantre untuk ambil paspor yang telah jadi.....

Kesimpulanku, Pak Reno memberikan jasa untuk menggantikan aku untuk antre di bagian-bagian itu.  Jadi aku datang itu sudah tidak perlu antre lagi, tinggal foto, sidik jari dan interview. Yang susah-susah, seperti antrenya, sudah  dijalani oleh orang lain.  Aku tinggal enak-enaknya. Dan untuk itulah pemberi jasa itu dibayar.  (Nyerahin berkas tanggal 4,  foto & interview tanggal 9, dan paspor siap/jadi tgl 15.)

Apa aku seperti Gayus? Dipikir-pikir sih....  kayak menikmati fasilitas Gayus, padahal sebenarnya TIDAK begitu. Jelas beda! Para pemberi jasa itu, mereka (Pak Reno dan Pak Julian), dibayar atas jasanya dan keringatnya juga (bersusah-susah antre) dan mengurusi sana-sini di kantor imigrasinya.

Tapi paling tidak bisa sedikit bisa membayangkan BETAPA nikmatnya menjadi GAYUS, yang banyak duit bisa dilayani di mana-mana.. dan untuk apa saja.... Gayus memang Asoy....!!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun