Keduanya, menurut hemat saya, merupakan penunjuk nyata bahwa harta dan wanita telah menggoda mereka. Apakah akhirnya godaan itu bisa mereka atasi atau tidak, tentu saja tergantung dari kemauan dan sikap dari diri mereka masing-masing.... Gayus? Sikapnya semakin pede aja nampaknya.. bahkan sampai menawarkan diri menjadi penasihat para penegak hukum.. Aa Gym, sikap sabar dan tawakalnya bisa saja membuat Aa Gym bisa mengatasi godaan (atau ujian) dengan baik (Kalaupun tidak baik di mata manusia, bisa jadi berbeda di mata Tuhan...)
Bukan hanya mereka sebenarnya contoh riilnya. Godaan oleh wanita ini juga pernah 'menyambangi' ustadz terkemuka yang sering disebut dengan Dai Sejuta Umat. Dalam kapasitas yang berbeda. Mantan vikalis band terkemuka dari Bandung juga bisa jadi contoh orang yang akhirnya tenggelam karena tak kuasa menahan godaan terhadap wanita....
Betapa banyak kasus perselisihan suami-istri yang berakhir dengan perceraian yang melibatkan orang ketiga (WIL). Raul 'mengidamkan' seorang Diva, artis mengidamkan artis lainnya, dan contoh lainnya yang mungkin Anda lebih banyak mengetahuinya. Bahkan, tak tertutup kemungkinan . . . . kita sendiri juga tergoda oleh wanita lain (apakah itu mantan pacar, teman atau mantan teman sekolah).
Selain kasus mahadahsyat yang melibatkan seorang Gayus dan menyeret-nyeret orang-orang yang terlibat, godaan oleh Harta tentu lebih banyak lagi contohnya. Tak sedikit para pejabat dan orang-orang yang dulu pernah terpandang di sekitarnya, menjadi kena dampak dari godaan harta ini. Sebutlah para pemimpin yang terseret kasus korupsi dan akhirnya masuk penjara, para politikus dan para pejabat yang akhirnya harus berhubungan dengan para penyelidik dari KPK.
"Ta" pada Harta terkait pula dengan "Ta" pada Tahta. Ya, harta dan jabatan. Setali tiga uang, sangat terkait erat. Keduanya akan lebih kelihatan marak saat jelang pemilihan pemimpin. Berbagai upaya dilakukan oleh calon pemimpin yang ambisius untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan tersebut. Bahkan jika perlu berlaku curang dan culas. Dia mengejar jabatan agar bisa menumpuk harta.
Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan sulit mencontoh kebanyakan para mantan pemimpin di Republik kita tercinta ini. Mengapa demikian? Kok... selepas jadi pemimpin kebanyakan bergelimpangan harta atau bermasalah di hadapan hukum. Memang sih ... yang bergelimangan harta masih bisa "adem ayem" saja bila ia belum terjangkau oleh "sepak terjang" KPK. Namun, bila menilik kondisi hukum di negara kita, kalaupun akhirnya bermasalah dengan KPK, lalu dihukum, toh hartanya (yang sangat banyak, di mana-mana, dan kelihatannya gak ada habisnya.... ) itu bisa membeli proses hukum agar dia ringan dihukum atau bahkan bisa bebas... (Bukan kah begitu Bung Gayus....??)
Kita mungkin bisa lepas dari jerat godaan harta dan tahta, tapi terhadap jeratan (baca godaan) wanita... belum tentu kita kuat? Jadi, hati-hati ya... dengan godaan 3TA ini, HARTA, TAHTA, WANITA.... Ketiganya ada di sekitar dan melingkupi kita!
Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan.... Salam Kompasiana!