Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kompasianer Korupsi Waktu?

16 Desember 2010   09:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:41 202 0
Nampaknya sepele, tapi bisa jadi apa yang Anda dan saya kerjakan sudah (cenderung) masuk kategori korupsi. Apakah itu korupsi waktu kerja, korupsi fasilitas kantor. Kecil-kecilan sih, tapi ujung-ujungnya tetap korupsi. Apa saja contohnya?

Korupsi waktu tidak banyak disorot karena tidak terasa fisiknya. Beda kalau korupsi uang/materi. Akan lebih riil dan kelihatan kasat mata.  Katakanlah jika datang ke kantor kerja kesiangan, lalu pulang kerja sebelum jam pulang, sudah jelas itu korupsi waktu yang nyata. Saya tak perlu menyebutkan di mana hal ini sudah sering terjadi.Tapi ada aktivitas yang cenderung masuk kategori korupsi waktu yang mungkin tidak kita sadari. Misalnya?

Saat ada pengajian di kantor, ternyata terlewat jadwalnya dan harus menyita sedikit waktu/jam kantor. "Termasuk korupsi waktu ya kita ini...?" tanya seorang teman. Temanku yang lain menjawab, "Kegiatan ini kan menguntungkan kantor juga.. yaitu dalam hal pembinaan mental/rohani karyawan... kalau karyawan jadi baik, jujur misalnya, maka kantor juga kok yang mendapat manfaat."

"Rasanya sih bener juga ya...." kataku dalam hati.  Dibanding diberi fasilitas internet, tapi browsing yang gak karuan. Atau chatting yang nggak-nggak.  Sudah membuang waktu percuma, materi intenet yang dibaca bisa jadi berpengaruh negatif baginya. Tentu membaca berita online tak ada salahnya untuk sesekali waktu, untuk update informasi atau referensi pekerjaan sesuai bidangnya.

Bentuk apa lagi yang mungkin bisa masuk kategori korupsi waktu kerja (jam kantor), yang tidak kita sadari? Bisa saja ngerumpi atau ngegosip di saat jam kerja (biasanya saat bos/atasan tidak ada di kantor).  Jika ngomongin kerjaan sih nampaknya fine-fine aja. Tapi kalau sudah ngomongin orang, atau bahkan mungkin menjelek-jelekkan orang lain, tentu lain cerita. Sudah korupsi waktu kerja, ditambah lagi dosa menghibah/memfitnah orang.

Bagaimana dengan menggunakan fasilitas telepon untuk keperluan keluarga di rumah? Rasanya kalau untuk berha-ha hihi itu sudah tidak sesuai ketentuan yang benar. Jika untuk menghubungi anggota keluarga karena sedang sakit di rumah atau urusan keluarga yang penting lainnya, tentu lain ceritanya. Komunikasi lewat telepon yang digunakan untuk mendukung atau membuat si karyawan menjadi tenang hatinya (karena sudah mengetahui kabar keluarga di rumah) tentu juga bermanfaat bagi kantor secara tidak langsung. Hati karyawan tenang, pekerjaan pun bisa diselesaikan dengan baik dan lancar.

"Itulah mengapa setiap pesawat telepon diberi batas atas plafon biaya. Jika sudah melewati plafonnya.... ya tinggal ditulis/dicatat aja keperluaannya untuk apa, dsb...." kata temanku di HRD.

Menghambur-hamburkan fasilitas kantor untuk hal-hal yang tidak perlu termasuk apa juga ya? Korupsi kah? Bukan hanya di kantor sih, di mana pun yang namanya melakukan hal-hal yang cenderung mubazir itu kata ustadz menjadi temannya syaiton.

Selain telepon juga menggunakan air PAM/tanah dengan berlebihan, listrik (memencet lift yang tidak bukan tujuan seharusnya, tidak mematikan lampu/komputer saat tidak terpakai, dsb) bisa jadi tindakan yang tidak terpuji. Membuang kertas untuk print yang tidak perlu.

Menjadi KOMPASIANER termasuk KORUPSI WAKTU KAH? Terus terang, ikut ajang membaca dan menulis di Kompasiana juga menggunakan waktu jam kerja sih.  Agak sedikit mengusik hati sih.... Termasuk korupsi waktu kah?

Aku sering bilang ke teman-teman yang meledek ku sebagai anggota Kompasiana ini bahwa aku sedang "menajamkan" kemampuan menulisku.  Kebetulan pekerjaan sehari-hariku tak lepas dari tulis menulis ini.  Dengan terbiasa menulis, kemampuan mencari ide untuk tulisan bisa meningkat.  Selain itu aku juga bisa mendapat sahabat, bisa mendapat ilmu dari para Kompasianer lainnya....

Begitu alasanku menekuni Kompasiana, ajang sharing dan connecting.  Sebagai perantau (sejak SMA), saya sangat menyukai komunitas seperti Kompasiana sebagai ajang berbagi dan mencari sahabat. Apalagi saya termasuk urban yang tinggal di daerah yang dekat berbatasan bisa dibilang setiap hari melintasi antar kota antar provinsi (AKAP, seperti bis aja...).

Salam Kompasiana semuanya....!!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun