Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Waktu Habis di Jalan... Ibadah Bagaimana?

9 November 2010   04:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:45 188 1
Adakah orang-orang di sekitar Anda yang berpikiran sempit seperti ini?  "Waktu Anda itu habis di perjalanan dari kantor ke rumah dan sebaliknya.... Bayangkan berangkat kerja subuh, anak belum bangun, pulang kerja anak sudah tidur...."

Orang yang berbicara seperti itu nampaknya ingin mengungkapkan bahwa waktu kita sia-siakan. Padahal dalam kondisi seperti itu tetap saja kita bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya yaitu untuk beribadah kepada Tuhan, juga untuk intens tetap berhubungan dengan keluarga di rumah.

Ada lagi. Pernahkan Anda dengar seorang trainer yang menanyakan 24 jam waktu kita dibagi untuk apa dan apa dan apa?  Biasanya sang trainer lalu menuliskan untuk tidur sekian jam, untuk bekerja sekian jam, dan untuk ibadah sekian jam.  Orang yang mengangkat topik ulasan itu ingin mengungkapkan bahwa betapa sedikitnya waktu ibadah kita, dsb. Menurut hemat saya, kita tidak boleh terbawa dalam pemikiran sempit seperti itu..

Mengapa sempit?  Waktu jelas harus kita pergunakan sepenuhnya untuk mengingat Allah dan beribadah kepada-Nya. Artinya selama 24 jam tiap hari itu semestinya waktu kita pergunakan untuk hanya beribadah kepada Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Karena memang kita diciptakan untuk beribadah (menyembah) Alloh SWT. Seperti firman-Nya, ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS: 51: 56)

Tidur, makan, bekerja maupun saat dalam perjalanan, bahkan saat ke kamar kecil sekalipun, sudah jelas bisa bernilai ibadah kepada Alloh SWT, bila mengikuti tuntutan Rasulullah SAW. Membaca basmalah (doa) sebelumnya, berzikir selalu saat beraktivitas, dan hamdalah (doa) ketika selesai beraktivitas.

Dan bila rumah dan tempat kerja kita jauh jarakanya sehingga menjadi lama di perjalanan itu juga sudah merupakan ketentuan Alloh.  Harus disyukuri dan tetap bisa kita upayakan untuk mengingat-Nya setiap saat.  Tidak ada ruginya jika kita dalam keadaan apa pun tetap ingat kepada Alloh SWT. Yang rugi adalah bila lupa mengingat Alloh SWT dalam setiap aktivitas kita.

Jika dalam beraktivitas kita melupakan Alloh Sang Pencipta Alam Semesta itu tak lain dan tak bukan adalah karena kerjaan syaiton laknatullah.

”Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.” (QS: 58.19)

Bahkan harta dan anak-anak kita juga tidak boleh sampai membuat kita melupakan Alloh SWT.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS: 63.9)

Dalam bekerja atau beraktivitas sehari-hari, bahkan duduk ataupun berbaring sekalipun, ternyata kita bisa TIDAK MERUGI (karena bernilai ibadah). Apa itu? Selain menjalankan perintah Alloh juga mengerjakan amal saleh dan saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS Al 'Ashr)”

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS: 3.191)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun