Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Inilah Rahasia Tetap Eksisnya Bisnis MLM

28 September 2010   09:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:54 555 0
Mengapa tidak sedikit orang alergi dengan nama MLM (Multi Level Marketing)? Identik dengan salesman yang menawarkan produk dari pintu ke pintu. Padahal semua pandangan yang beredar dalam masyarakat saat ini bukanlah prinsip MLM yang sebenarnya. Atau paling tidak pandang itu sudah tidak relevan dijalankan lagi. . . . Inilah analisis sederhana saya tentang rahasia MLM tetap eksis setelah mengamati beberapa tahun lamanya.


Salah satu pandangan yang ada dalam masyarakat adalah bahwa konsumen berada di bawah perusahaan/distributornya. Jadi konsumen dijadikan obyek dan kurang dianggap penting. Sehinnga mereka tidak memberikan pelayanan yang optimal. Mereka tidak mendasarkan bisnisnya pada costumer base.

Mungkin ada yang bilang kalau menekuni bisnis MLM itu tak perlu waktu kerja ekstra, tidak perlu kerja keras, modal sedikit, dan sebagainya. Tapi pada kenyataannya, yang terjadi sebaliknya, mereka ikut training hingga larut malam, harus stok produk yang mengeluarkan modal besar. Mereka terpaku pada prinsip untuk sukses di MLM harus ikut training, harus menjual, dsb.

Selain itu, distributor hanya berpikiran menjual produk, menjual dan menjual. Setali tiga uang, yang terjadi pada konsumen sama saja. Mereka hanya memikirkan produk terjual sebanyak-banyaknya, kurang memikirkan bagaimana konsumen puas dengan pelayanan. Orang tidak diberitahu bisa membeli produk di mana saja. Orang sulit mendapatkan produk-produk MLM.

Sejumlah perusahaan MLM yang baru menekankan aktivitas pengembangan usahanya dengan prinsip marketing plan atau bonus driven. Perusahaan seperti ini terbukti tidak bertahan lama, berumur singkat. Perusahaan yang berdasar costumer base lebih tahan lama umurnya. Hal ini paling tidak diamini oleh seorang CEO perusahaan MLM terkemuka yang sampai sekarang masih eksis.

Mereka mengiming-imingi bonus besar dan bisa diraih dalam tempo cepat. Distributor dipacu untuk mendapatkan calon konsumen sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan aspek pelayanan dan kepuasaan pelanggan. Pendekatan yang kurang sopan membuat masyarakat semakin berpandangan miring terhadap bisnis MLM. Namun demikian karena harga produk melangit (akibat efek pemberian bonus yang besar kepada distributor), keseimbangan usaha pun terganggu. Distributor menjadi sulit berkembang karena para konsumen beralih ke produk sejenis yang relative lebih murah, dan dihadapkan pada penolakan masyarakat untuk bergabung dalam bisnis MLM mereka. Secara meyakinkan bisnis mereka merosot tajam, dan ujung-ujungnya distributor mengalami kegagalan dalam menjalankan bisnisnya.

Hal-hal itulah beberapa faktor yang membuat sebuah bisnis MLM gagal/hancur.

Dimulai dari Perubahan Cara Pikir

Sebagai salah satu bidang bisnis, tak ada salahnya sebuah perusahaan MLM di Indonesia menjadi pionir dan terdepan untuk meluruskan semua pandangan miring tentang bisnis MLM ini. Apalagi jika semua perusahaan MLM bekerja sama dan berkomitmen untuk melakukan hal ini bersama-sama, bersinergi.

Apa artinya? Harusnya mereka tidak terpaku pada konsep bisnis yang lama. Mereka harus melakukan pembaharuan-pembaharuan. Jenis perubahan besar yang dilakukan yang utamanya adalah perubahan pola pikir.  Yaitu perlunya meluruskan pemahaman konsep MLM yang sebenarnya, baik kepada konstituennya sendiri (seluruh karyawan dan member), konsumen dan masyarakat secara umum.

Jelasnya, bisa diilustrasikan sebagai berikut. Ada seseorang yang begitu getol mempromosikan kelezatan masakan warung A di daerahnya. Setiap kali ada teman berkunjung, ia selalu bangga membawanya ke warung tersebut. Begitu juga jika sedang dalam komunitasnya, ia tak bosan untuk bercerita tentang kelezatan masakan tersebut. Sungguh aneh bukan, karena ia tidak dibayar sepeserpun oleh warung tersebut. Ia melakukan dengan senang hati, tidak terpaksa. Dan memang terbukti masakan tersebut sangat enak, bahkan relatif lebih murah dibanding masakan di tempat lain. Ketika temannya sudah membuktikan kelezatannya maka, ia akan menjadi tenaga promosi baru. Begitu seterusnya sehingga warung A lebih menjadi lebih ramai.

Dalam istilah marketing, hal tersebut dikenal dengan word of mouth marketing (gethok tular). Jika ternyata warung tongseng tersebut memberi komisi kepada orang yang mempromosikan warungnya, itulah alanogi bisnis MLM yang sebenarnya. Dalam hal ini, sejumlah praktisi MLM lebih senang bisnisnya disebut sebagai Network Marketing, bukan disebut sebagai MLM.

Apakah dalam mempromosikan orang itu membawa-bawa contoh masakan ke para calon konsumen? Ternyata tidak! Apakah ia butuh modal untuk mempromosikan itu? Tidak juga! Ia juga tak perlu ikut training, dsb. Jadi ternyata bisnis MLM sebenarnya cukup simpel dan mudah. Sangat jauh berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh para pelaku MLM saat ini, yang dikatakan bahwa kunci sukses di MLM itu harus ikut training, harus bermodal, dan lainnya. Inilah yang utama yang harus ditanamkan kepada seluruh pelaku MLM.

Kondisi masyarakat kita punya sifat suka berkumpul atau mengikuti komunitas tertentu. Kebanggaan serta berbagai macam fasilitas dan keuntungan bergabung menjadi anggota (member) dalam komunitas tertentu menjadi faktor utama mereka bergabung. Dari kelompok ini informasi lebih cepat menyebar dan dianggap lebih dapat dipercaya dan akurat. Inilah mengapa word of mouth marketing dan viral marketing menjadi lebih efektif, dibanding penyebaran informasi lewat iklan atau promosi perusahaan.

Lewat percakapan sehari-hari antar anggota komunitas, infromasi produk atau bisnis tertentu bisa jadi bahan pembicaraan atau pesan berantai yang tak putus-putus. Tanpa sadar mereka telah mempromosikan bisnis/produk tertentu tanpa diminta. Fakta inilah yang dewasa ini ditangkap oleh banyak pihak untuk mengembangkan bisnisnya dengan mengedepankan diskon dan berbagai macam fasilitas untuk para membernya.

Serba Cepat dan Mudah

Di tengah kesibukan dan tuntutan zaman yang dinamis, masyarakat juga semakin menghargai waktu. Mereka inginnya serba instan (cepat) dan segala sesuatu berjalan mudah (tidak bertele-tele). Saat orang membutuhkan produk tertentu, maka tentulah ia ingin dengan mudah dan cepat bisa mendapatkannya. Di sinilah peran pembawa Informasi (temannya dalam komunitas) tentang bagaimana dan di mana bisa mendapatkannya.

Tidak hanya sampai di situ, masyarakat konsumen semakin mengharapkan bisa pesan hanya lewat sms, telepon atau online. Bahkan jika menginginkan, produknya bisa diantar ke tempatnya dan bisa dibayar di tempat, dengan cash, debet atau kartu kredit. Semua harapan konsumen tersebut tentu bukan merupakan hal-hal yang istimewa, mengingat persaingan bisnis saat ini kian ketat, sehingga para pelaku bisnis berlomba-lomba untuk memaksimalkan pelayanannya. Mulai dari ketersediaan produk di pelosok-pelosok hingga ke kualitas pelayanan dari para frontliner yang berhubungan langsung dengan para konsumen.

Perusahaan MLM yang akan eksis ke depan adalah mereka yang beroientasi kepada customer base (memaksimalkan pelayanan), product quality, dan menyempurnakan dirinya untuk bersaing dengan bisnis MLM sendiri bahkan di luar (bisnis retail).

Bagaimana bisnis MLM yang Anda ikuti, apakah seperti itu?? Atau Anda masih berpandangan negatid dengan MLM?? Masih menganggap ikut MLM sebagai salesman..?? Perkaya diri Anda, karena saya lihat beberapa perusahaan MLM sudah berubah dan berbenah, bahkan berani bersaing dengan bisnis retail.... Wooww!!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun