14 Oktober 2016 13:08Diperbarui: 14 Oktober 2016 13:146342
Para pencinta film di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, pasti pernah menonton film berjudul Avatar. Film fiksi ilmiah yang di sutradarai oleh James Cameron ini menceritakan konflik di wilayah yang bernama Pandora. Film ini merupakan salah satu film terlaris sepanjang masa dengan pendapatan sebesar US$2.7 milyar. Bahkan istilah Avatar, yang dulu tidak di kenal, pada saat ini sudah menjadi sebuah istilah umum dan sering dipakai. Latar belakang kisah film ini adalah “Pandora”, sebuah tempat yang penuh dengan bukit-bukit terjal dan tinggi serta pepohonan yang indah dan eksotis. “Pandora” terinsirasi dari sebuah tempat yang memang nyata ada di bumi yakni “Hallelujah Mountains”.
“Hallelujah Mountains” berada di Taman Hutan Nasional Zhangjiajie. Hutan Nasional ini memiliki bukit-bukit lancip curam yang berdiri dengan kokoh dan luas menghampar. Tercatat terdapat lebih dari 300 bukit yang ketinggiannya mencapai 400 meter. Taman Nasional ini merupakan obyek wisata warisan dunia yang di resmikan pada tahun 1982. Tempat ini menjadi salah satu obyek wisata alam paling menarik di Tiongkok.Melalui film Avatar, Taman Hutan Nasional ini sekarang menjadi terkenal sehingga sering disebut sebagai “Gunung Avatar Hallelujah”. Pemerintah Hunan, otoritas Taman Hutan Nasional Zhangjiajie, gencar mempromosikan tempat ini menjadi tujuan wisata dan ribuan dollar pun mengalir seiring ramainya wisatawan ke wilayah tersebut.
Karst Sangkulirang dan Mangkalihat “Gunung Avatar di Kalimantan”
Bumi Kalimantan yang dikenal memiliki banyak potensi sumber daya alam ternyata juga menyimpan bentang alam yang bisa disejajarkan dengan “Gunung Avatar Hallelujah” di Zhangjiajie, China. Hamparan bukit-bukit kapur yang tinggi menjulang dengan ketinggian bervariasi antara 700 – 1000 meter menyajikan pemandangan yang sangat eksotis dan langka. Penampakan seperti itu jelas terlihat saat kita terbang di atas Bumi Kalimantan, khususnya di wilayah udara Sangkulirang (Kabupaten Kutai Timur) dan Semenanjung Mangkalihat (Kabupaten Berau). Kawasan ini bak surga tersembunyi yang belum di ketahui banyak orang termasuk sebagian besar masyarakat Kalimantan. Sebagian besar kawasan ini sulit dijangkau karena aksesibilitasnya terbatas dan toografinya juga bisa dibilang berat.
Bentang alam dengan bukit-bukit kapur/karst di atas dikenal dengan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat. Kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat ini membentang dari wilayah Kabupaaten Kutai Timur sampai dengan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Berau. Bentang alam di kawasan ini sering di sebut juga sebagai “Negeri Seribu Menara Karst”. Masyarakat sekitar kawasan ini sering menyebut karst ini dengan istilah “batu” atau “gunung batu”. Salah satu ciri fisik kawasan ini adalah bentang alam berupa menara-menara bukit yang menjulang dengan ketinggian yang bervariasi. Selain itu di bawah permukaan tanah tersimpan gua-gua yang mengalir sungai-sungai bawah tanah serta peninggalan arkeologi berupa gambar telapak tangan manusia jaman pra sejarah. Para pecinta alam sering melakukan eksplorasi ke gua-gua tersebut atau sering disebut dengan “caving”. Mereka inilah yang bisa di anggap sebagai penemu keberadaan goa-goa dan ekosistem di dalam kawasan Karst. Para peneliti gua ini sering di sebut Speleolog. Sedangkan bidang ilmu goa dinamakan speleologi. Salah satu ekspedisi dalam rangka inventarisasi Karst ini pernah dilakukan oleh Dr. Pindi Setiyawan, Ahli Karst dari ITB, bersama Pusat Pengelolan Ekoregion Kalimantan yang sekarang menjadi Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan, instansi di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kawasan karst di Kalimantan Timur ini terbentuk oleh proses “kartifikasi” sebagaimana “Raja Ampat”. Kawasan karst ini juga sering disebut sebagai kawasan batu gamping. Karst dan batu gamping ini sering disamakan padahal sesungguhnya berbeda karena batu gamping merupakan proses menuju Karst secara geologis.
Kondisi gambar-gambar tersebut kini mulai memudar karena tangan-tangan jahil pengunjung. Hal ini tentunya mengancam keberadaan situs cagar alam tersebut. Dalam upaya penyelamatan kawasan tersebut Karst Sangkulirang Mangkalihat telah di usulkan untuk menjadi salah satu situs warisan dunia. Salah satu persyaratan untuk menjadi warisan dunia adalah kepedulian masyarakat terhadap kawasan ini sehingga sangat penting masyarakat Indonesia khususnya Kalimantan untuk mengenal, cinta dan peduli terhadap keberadaan ekosistem karst yang merupakan titipan dan anugerah dari Sang Pencipta. Potensi Karst terkait peninggalan budaya ini berdasarkan Peta Daya Dukung Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi dan Ekowisata yang disusun oleh Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan pada tahun 2015 (warna hijau) juga menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki nilai budaya tinggi sekaligus berpotensi untuk pengembangan ekowisata.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.