Segala yang terciptakan tentu terucapkan. Oleh sebab itu banyak yang salah kaprah juga ketika penganut ajar pikukuh Sunda tidak mau memberikan nama atau menyatakan nama untuk dia atau sang maha pencipta, karena mustahil dan tidak mungkin untuk diberikan nama. Maka dari itu suka disebut sebagai jenengan atau mantenna, gusti dll. Istilahnya "anu pamali dicaritakeun" (untuk dia yang pamali/tidak boleh diceritakan) teu beunang usik ku biwir, teu beunang motah ku letah.
KEMBALI KE ARTIKEL