[caption id="" align="aligncenter" width="516" caption="Tayangan Berita Tsu (sumber : article.wn.com)"][/caption]
Media sosial Tsu sedang "booming" sekarang karena menjanjikan membayar para membernya. Betapa tidak dalam hanya waktu 1 bulan pengguna Tsu sudah 1 jutaan lebih. Sedangkan FB memerlukan waktu 10 bulan, sedangkan Twitter butuh waktu 24 bulan untuk menghasilkan pengguna 1 juta. Tsu merupakan sebuah jejaring sosial baru, Sosial media yang dibuat oleh wirausahawan teknologi yang berasal dari New York berdiri pada 2013, tapi situsnya baru diluncurkan pada 14 Oktober lalu. Para pendirinya adalah Sebastian Sobczak, Drew Ginsburg, Thibault Boullenger, dan Jonathan Lewin. Sosial media Tsu memiliki tampilan yang sangat dinamis, dan memiliki fitur yang lengkap, karena adanya perpaduan fitur facebook, twitter dan instagram sehingga tsu menjadi lebih kompleks. Sebagai pembeda antara Tsu dengan Facebook atau sosial media mainstrem lainya, adalah penghargaan kepada penggunanya dari setiap partisipasi ataupun kontribusinya di sosial media ini, artinya setiap pemikirian, konten yang kita muat di sosial media ini akan sangat dihargai. (sumber). Media sosial ini menjadi ancaman bagi "Raja socmed" Facebook milik Marck Zuckenberg. Konon Tzu menarik pengguna Facebook beramai-ramai "hijrah" ke Tsu. Tsu yang bertindak "adil" kepada membernya dengan membagi keuntungan dari iklan 90% untuk member dan hanya 10% untuk perusahaan sungguh sangat sesuai dengan ekonomi Syariah dalam Islam. Dimana istilah "mudhorobah" yang artinya bagi hasil sangat menggiurkan untuk para pengguna facebook "murtad" dan beralih menggunakan Tsu. Kalau istilah murtad tidak cocok karena pengguna juga masih berfb ria kita ganti saja istilahnya dengan "poligami" untuk pengguna laki-laki dan poliandri untuk pengguna wanita. Dalam hal ini intinya "polisocmed" hehehe. Tsu memang sangat menjanjikan dan bisa mengalahkan Facebook dengan syarat-syarat yang cukup berat. Berikut ini beberapa persyaratan yang harus dilakukan Tsu agar bisa mengalahkan Facebook. Persyaratan ini hanya berdasarkan dari pengamatan dan pengalaman penulis semata, jadi untuk masalah benar atau salah tidak mutlak dan tergantung dari persepsi para pembaca yang menilainya.
Dukungan Server yang Banyak dan Handal Sebenarnya orang Indonesia juga banyak yang bisa bikin socmed. Kemarin ada yang bikin socmed buatan anak negeri. namun karena dukungan server yang kurang dan tidak memadai maka akses ke situs itu menjadi tersendat dan sering lelet. Jika ini terjadi pad Tsu maka Tsu juga akan ditinggal penggunanya. Server dan segala teknologinya bukan hal yang murah dan sepele. "Nyawa" suatu socmed terletak disini. Jika jaringan server sedikit dan terlalu padat akhirnya lelet dan sering dwon. Tsu harus bisa mengalahkan Facebook dalam hal ini. Tak sedikit dana yang dibutuhkan untuk menyediakan perangkat server yang handal dengan jumlah yang banyak dan pengaturan "topology" nya yang efisien sehingga aksesnya selalu lancar. Pengguna Facebook sudah melancarkan nikmat dan kencangnya berselancar di Facebook dan sangat minim error. Apa kah Tsu akan mampu? Sementar dia berjanji akan membagi keuntungan untuk membernya. Jika memang Tsu punya dana besar untuk itu apa tujuan dibalik itu semua? Masih menjadi tanda tanya. Dan barusan penulis mencoba mengakses Tsu dan mendaftar sudah agak terasa lelet loadingnya.
User Friendly [caption id="" align="aligncenter" width="768" caption="Tampilan Tsu (sumber: Tsu.co/gun4w4n)"][/caption] Tsu harus mudah dalam penggunaannya dan tak ribet jika ingin mengalahkan Facebook. User Friendly selalu menjadi jargon setiap aplikasi yang booming. Jika sulit digunakan maka tak akan laku. Kebanyakan pendatang baru menawarkan keunggulan ini. Tsu memang kelihatannya sangat simple dan hampir sama saja dengan Facebook dan Twitter. Tampilannya memang lumayan ok dengan latar belakang hijau yang menyejukan. Tidak banyak menu-menu yang merepotkan. Dalam hal ini Tsu memenuhi syarat.
Jujur dan Transparan [caption id="" align="aligncenter" width="317" caption="Pembagian hasil "][/caption] Dalam semua bisnis kejujuran dan transparansi adalah kunci pokok. Tanpa ini semua usaha apapun yang kita lakukan hanya booming di awal tapi mati kemudian. Jika Tsu memang membayar penggunanya maka kejujuran ini harus benar-benar diterapkan. Apalagi menyangkut uang dan pendapatan. Jangan seperti operator seluler yang menerapkan bonus ini itu tapi tidak jujur. Mereka menutupi kebohongannya dengan embel-embel skb (syarat ketentuan berlaku). Produk yang masih terkenal jujur dan fair dalam membagikan keuntungan iklannya dalah Google Adsen, makanya bisnis Google selalu membesar dan susah untuk dikalahkan. Google sulit ditandingi karena bisnisnya telah berurat dan berakar dari yang gratisan sampai yang berbayar dan membayar. Jika Tsu bisa berlaku jujur dan transparan seperti Google maka jangan Facebook, Google pun bisa dikalahkan. Tsu jangan sampai menipu membernya, kalau sampai itu terjadi dan ada yang menyebarkan di media sosial maka tamatlah riwayatnya. Jangan sampai Tsu hanya mengejar member yang banyak setelah itu menjualnya ke Facebook seperti aplikasi Wats App, Instagram dan banyak aplikasi yang dibeli oleh Facebook dengan tujuan untuk memperkaya fitur facebook atau malah untuk mematikannya. Semoga saja Tsu tidak hanya manis dan booming di awal seperti MLM yang banyak menjamur dan heboh sesaat kemudian hilang dan mati satu-satu hilang dari peredaran. Bagi yang belum punya akun Tsu bisa mendaptar di
sini. Salam Kompasiana.
KEMBALI KE ARTIKEL