Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Pak Jokowi Jangan Jadi Kacang Lupa Kulit

28 Januari 2015   16:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:14 611 14

Akhir-akhir ini banyak relawan dan para pendukung Jokowi yang merasa kecewa dengan kebijakan Pak Jokowi terkait masalah polemik dan kemelut pencalonan BG. Masalah pun merembet dengan tuduhan bahwa ppak Jokowi tidak tegas dan ditekan leh parpol pengusungnya yaitu PDIP. Opini meluncur deras dengan hujatan dan ejekan. Bahkan tuduhan keji sempat terlontar dari salah seorang Kompasianer di status facebooknya yang mengatakan Pak Jokowi “paok” (dalam bahasa Medan artinya bodoh bin goblok alias tolol).

Padahal kalau dirinya tidak paok dan merasa paling pintar kenapa tidak dia saja yang jadi presidennya? Malahan saya lihat nasib orang yang mengejek Presiden Jokowi itu tidak lebih baik daripada saya. Saya bukannya terlalu membela pak Jokowi. Saya sadar bahwa semua yang dilakukan Presiden itu tak bisa memuaskan semua pihak. Saya pernah mencontohkan kebijakan orang tua yang punya 5 orang anak, pastilah kebijakannya itu tak bisa memuaskan seluruh anak-anaknya yang berjumlah 5 orang itu. Konon lagi seorang Presiden yang mengayomi 200 juta rakyat Indonesia tak mungkin semuanya terpuaskan.

Ada wacana bahwa Pak Jokowi mengalami tekanan dari PDIP melalui petinggi Partai yang tercermin dari pencalonan BG. Kemungkinan ada peran Ibu Megawati di sana. Lalu para relawan dan pendukung jadi sibuk dan gerah karena diejek para hater yang menuduh pak Jokowi tak tegas dan benar hanya sebagai petugas partai. Parahnya tuduhan presiden “boneka” yang dulunya sudah dihembuskan semakin memperkuat ejekan itu. Tak ayal hal ini membuat sebagian para relawan dan pendukung patah arang dan menyarankan pak Jokowi untuk “hengkang’ dari PDIP.

Sebenarnya kata hengkang ini tidak murni terucap dari para relawan dan pendukung. Bahkan para hater juga gencar mengusulkan Pak Jokowi untuk hengkang dengan bibir sedikit tersungging (dengan pandangan mengejek). Bahkan saya membaca di suatu grup pendukung Presiden Jokowi untuk membuat partai baru. Sunguh suatu usulan yang kelihatannya madu namun pada intinya adalah racun untuk Presiden jokowi.

Menurut saya pak Jokowi janganlah jadi kacang lupa akan kulitnya. Philosofi ini jelas tergambar dari sifat kebathinan seorang ksatria Jawa tulen. Seperti yang saya baca dari status facebook Pak jokowi beberapa hari ini dalam pepatah jawa yang sangat dalam maknanya: “Suro diro jayaningrat, lebur dening pangastuti” atau dalam bahasa Jawa kunonya “Sura sudira jayanikang rat, swuh brastha tekaping ulah dharmastuti”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun