namun jalan seakan makin kabur.
Usia berderap, tak henti menambah hitung,
namun hati tersesat dalam jeda yang murung.
Dulu, mimpi seperti bintang yang dekat,
cukup rentangkan tangan dan ia lekat.
Kini, bintang-bintang seolah pudar,
tersapu kabut, meninggalkan sinar samar.
Ada ingin yang tetap tertahan,
meski waktu memanggilnya untuk pulang.
Namun, arah tak lagi berbisik terang,
dan aku berdiri di ambang, semakin bimbang.
Apakah aku mengejar yang telah usang,
atau mencari diri di antara bayang?
Di cermin waktu, wajahku makin renta,
menanti jawab dari teka-teki semesta.
Jika kelak hari ini hanya cerita,
biarlah ia tersimpan dalam langkah yang hampa.
Sebab meski tak tahu jalan pulang,
aku tetap melangkah, walau gamang.