Perdebatan masih terus terjadi terkait Nature vs Nurture yang menyumbang faktor paling banyak dari kepribadian seorang anak. Menurut penulis, dua hal itu berjalan beriringan dalam arti lain tidak ada yang lebih unggul dari keduanya. Kedua faktor itu sama-sama menyumbang pengaruh ke kepribadian anak. Seorang anak akan merasa aman dan menjadi dirinya sendiri jika lingkungan nya mendukung. Penulis percaya bahwa kualitas lingkungan akan berpengaruh kepada kualitas pribadi dari anak tersebut. Jika seorang anak dibesarkan dan didik dengan cara melakukan komunikasi dua arah, maka antara orang tua dan anak akan saling memahami satu sama lain. Dengan ini, anak akan bisa mengolah emosi dan mengutarakan pendapat serta keinginannya tanpa rasa takut dihakimi oleh orang sekitarnya. Hal ini membawa dampak baik kepada kepribadian serta behavior dari anak tersebut. Seorang anak dengan didikan seperti itu akan dapat memahami dan menghargai lawan bicara nya, mengolah emosinya dengan baik, serta tidak segan untuk meminta maaf dan memafkan.
Berbeda dengan seorang anak yang dibesarkan dan dididik dengan cara sebaliknya, selalu disalahkan, tidak diberi ruang untuk melakukan komunikasi dua arah, anak dituntut untuk selalu mengerti dari satu arah saja, dan mengedepankan bahwa orang tua lah yang selalu benar. Hal ini akan memberikan dampak buruk kepada anak tersebut karena secara tidak langsung anak tersebut akan memiliki kepribadian yang akan terus menyalahkan dirinya sendiri dan cenderung menjadi pendendam.
Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan faktor mana yang paling berpengaruh dalam kepribadian seorang anak dan tidak dapat disimpulkan apakah dari kedua hal tersebut ada yang menjadi penyumbang paling banyak atau tidak. Oleh sebab itu, untuk membentuk kepribadian anak yang baik, beberapa faktor perlu diperhatikan dari segi pribadi anak dan lingkungannya. Kedua hal tersebut harus berjalan beriringan dan seimbang.