Dalam remang cahaya lampu senter berkelip kelip oleh tiupan angin menjelang pagi yang dingin. Ibuku menanggung rasa sakit berjuta ribu, tanpa bidan, apalagi dokter. Ia hanya berdua dengan ayahku, sementara ke empat kakakku masih lelap dalam peluk subuh dibalik selimut penghangat tubuh. Berlindung dari dinginnya kabut desa kami.
Ibuku sungguh luar biasa bertaruh nyawa dengan peralatan seadanya. Kala itu gubuk kami sangat jauh dari tetangga, terlebih untuk berjumpa tenaga medis, ya mesti ke lain desa atau kota untuk mencapainya.