Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Perubahan dalam Perilaku Masyarakat Minangkabau Saat Merayakan Upacara Balimau

1 Januari 2024   14:13 Diperbarui: 1 Januari 2024   14:18 141 0
Di masyarakat Minang, terutama di Desa Sontang Kabupaten Pamasan, ada tradisi Balimau yang dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan. Tradisi Balimau di Minangkabau memiliki arti yang sama dengan tradisi Batak yang disebut Marpangir dan juga tradisi Jawa yang disebut Padusan, yang berarti mensucikan diri sebelum berpuasa.

Masyarakat Minangkabau mengatakan tradisi mandi Balimau adalah kebiasaan yang telah lama ada di masyarakat Minangkabau dan biasanya dilakukan di daerah dengan sungai dan tempat pemandian. Tradisi tersebut menceritakan bahwa para pengunjung mandi seperti biasa, tetapi air yang dihasilkan dari rendaman bunga tujuh rupa yang dicampur dengan limau (jeruk nipis) diberikan di akhir. Masyarakat Minangkabau biasanya melakukan ritual Balimau sehari sebelum puasa, yaitu dari matahari terbit hingga terbenam.

Mensucikan diri secara alami berarti mandi. Di masa lalu, banyak orang tidak dapat mandi dengan bersih karena tidak ada sabun, banyak tempat kekurangan air, sibuk bekerja, dan faktor lainnya. Di beberapa wilayah Minangkabau, limau (jeruk nipis) digunakan sebagai pengganti sabun karena dapat melarutkan minyak atau keringat dari tubuh.

Tradisi Balimau dianggap sudah ada sejak penjajahan Belanda pada abad ke-19. Pada awalnya, ritual Balimau melibatkan mandi dengan limau, kasai (bunga rampai) dan beberapa jenis bunga lainnya pada hari terakhir bulan Sya'ban. Balimau juga sering disebut bakasai, yang berarti mandi dengan bunga rampai. Barulah seseorang berniat untuk berpuasa Ramadhan esok harinya setelah melihat Balimau atau Bakasai. Tradisi ini telah diwariskan dari nenek moyang ke generasi sekarang. Sesuai dengan ajaran agama Islam, latar belakang Balimau adalah membersihkan diri secara fisik dan mental sebelum memasuki bulan Ramadhan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun