Benar sekali !
Orang sabar itu tentunya mulia. Namun lebih mulia lagi orang sabar yang pintar.
Nah, orang sabar yang pintar dia-nya akan memilih berada pada jalan kesabaran yang lebih utama dari jalan sabar lainnya dalam menyandarkan hidupnya.
Sebab kesabaran itu sendiri memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
Ketika Siti Hajar berlari dari bukit Safa dan Marwah sebanyak 7 kali, beliau sungguh berada dalam kesabaran yang utama. Beliau tahu, sungguh berat naik turun bukit sedangkan beliau seorang perempuan dan berada di tengah gurun pasir. Namun beliau tetap berlari demi menghentikan tangisan Nabiyullah Ismail yang haus.
Bisa saja beliau bersabar dengan sekadar berdoa kepada Allah lalu menyerahkan takdir membantunya atau tidak. Namun itu bukanlah kesabaran yang lebih utama daripada berlari untuk mencari mata air.
Nah..., boleh jadi menikah dalam kondisi nafkah belum cukup alias pas-pasan itu merupakan salah satu pintu kesabaran yang mulia dan utama. Karena di sana, ada keinginan dan kemauan untuk berbagi meski dalam kondisi sedikit. Keinginan bertanggung jawab di dalam kondisi sulit, keinginan memberi dalam kondisi sempit.
Bukankah menikah dalam sederhana lebih mulia daripada lajang dalam sederhana pula?
Maka pertanyaannya adalah :
"Apakah kita sudah berada di jalan kesabaran yang lebih utama?"
Wallahua'lam