Benteng Vredeburg dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan pihak Belanda. Belanda berdalih bahwa pembangunan benteng ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan keraton.
Namun sejatinya, keberadaan benteng ini untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda terhadap segala kegiatan Keraton Yogyakarta. Pengawasan ini juga dilakukan untuk mencegah munculnya pemberontakan pihak keraton terhadap VOC.
Bangunan benteng tersebut awalnya bernama Benteng Rustenburg yang artinya benteng peristirahatan. Â Awalnya bangunan benteng terlihat sederhana karena hanya terbuat dari bambu dan beratap rumbai atau jerami. Proses pembangunan Benteng Vredeburg memakan waktu yang cukup lama. Benteng tersebut baru selesai dibangun setelah lebih dari 20 tahun.
perubahan nama Benteng Rustenburg menjadi Benteng Vredeburg terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Willem Daendels. Pemerintah mengubah nama benteng setelah gempa bumi yang melanda Yogyakarta pada tahun 1867. Akibat gempa tersebut Benteng Rusternburg mengalami kerusakan.
Sejarah Benteng Vredeburg
Sejarah pembangunan Benteng Vredeburg berkaitan erat dengan lahirnya Kesultanan Yogyakarta pada 1755. Pasca pembangunan keraton beserta pasar, masjid, alun-alun, dan bangunan pelengkap lainnya, Kesultanan Yogyakarta mengalami kemajuan pesat. Kemajuan itu membawa kekhawatiran bagi pihak Belanda, yang kemudian meminta kepada sultan agar diizinkan untuk membangun benteng yang dapat melindungi keraton.
Pembangunan benteng pertama kali dilakukan pada 1760, dengan bentuk bangunan yang masih sangat sederhana. Saat itu, tembok benteng hanya terbuat dari tanah dan diperkuat dengan tiang penyangga yang terbuat dari kayu pohon kelapa dan aren. Pada 1765, W.H. van Ossenberg mengusulkan agar bangunannya diperkuat untuk menjamin keamanannya. Sultan pun menerima usulan Ossenberg, dan mulai 1767 pembangunannya dikerjakan oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Frans Haak.
Ir. Frans Haak membutuhkan waktu hampir 20 tahun untuk menyelesaikan tugasnya. Setelah selesai, benteng tersebut diberi nama Rustenburg yang berarti benteng peristirahatan. Menjelang akhir abad ke-19, Benteng Rustenburg mengalami kerusakan cukup parah akibat guncangan gempa bumi. Setelah direnovasi oleh Belanda, namanya diubah menjadi Benteng Vredeburg, yang artinya benteng perdamaian.
Fungsi Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg dikelilingi oleh parit dan keempat sudutnya diberi bastion sebagai pengintai atau ruang jaga. Sementara di dalamnya terdapat beberapa bangunan penting, seperti rumah perwira, rumah residen, asrama prajurit, gudang senjata, gudang logistik, hingga rumah sakit. Sejak didirikan hingga kini, Benteng Vredeburg mengalami beberapa kali perubahan status kepemilikan dan fungsi.
Antara 1760-1942, bangunannya digunakan sebagai benteng pertahanan dan markas militer Belanda. Namun, ketika masa penjajahan Inggris (1811-1816), Benteng Vredeburg sempat dikuasai oleh John Crawfurd atas perintah Raffles. Pada 1942, benteng ini diambil alih oleh tentara Jepang yang telah menanamkan kekuasaannya di Indonesia.
Hingga tiga tahun berikutnya, Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tawanan orang Belanda dan Indonesia, serta markas militer dan gudang senjata tentara Jepang. Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Benteng Vredeburg diambil alih oleh instansi militer RI dan digunakan sebagai asrama, markas pasukan, juga gudang perbekalan, dan senjata.
Berubah menjadi museum
Pada 9 Agustus 1980, pemerintah melalui Mendikbud dan atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, menetapkan Benteng Vredeburg sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara. Kemudian pada 16 April 1985, bangunan benteng ini dipugar untuk dijadikan museum. Setelah pemugarannya selesai pada 1987, museum mulai dibuka untuk umum.
Selanjutnya, pada 1992 bangunan museum secara resmi ditetapkan sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Uniknya, Museum Benteng Vredeburg memiliki koleksi unggulan berupa miniorama Kongres Boedi Oetomo, diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TNI, mesin ketik Surjopranoto, kendil yang digunakan oleh Soedirman, Dokumen Soetomo, dan bangku militer akademi.