Salamah, 51 tahun, punya tugas baru. Setelah urusan menyapu, mengepel,dan bersih-bersih selesai, dia harus bersiaga di balik loket obat.Perempuan yang bekerja sebagai tenaga cleaning service di Puskesmas
Kelurahan Koja, Jakarta Utara, ini turut membantu, dari mencarikanobat di daftar resep sampai mengaduk puyer. “Enggak bakal selesaikalau apotekernya saja yang kerja,” ujar Salamah kemarin.Kesadaran Salamah membantu melayani pasien di Puskesmas Koja bukantanpa alasan. Sejak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meluncurkan KartuJakarta Sehat pada 10 November tahun lalu, jumlah pasien di Puskesmasitu melonjak.
Kepala puskesmas, Endang Sulistyani, mengatakan kini setiap hari iaharus melayani ratusan pasien. “Padahal, sebelum ada Kartu JakartaSehat, hanya puluhan pasien,” ujarnya. Sedangkan petugas Puskesmas
hanya 6 orang, yakni 1 dokter, 2 perawat, 1 apoteker, 1 administrator,dan 1 pelayan kebersihan. “Kalau begini terus, bisa-bisa saya yangmasuk rumah sakit,” ujar Endang.
Rujianingsih, apoteker di puskesmas itu, mengatakan membludaknyapasien membuat waktu istirahat dan ibadah tertunda. Untuk minumseteguk air pun, Rujianingsih mesti pintar-pintar mencuri waktu. “Kamiharus melayani semua pasien sampai selesai dan baru bisa makan siangsekitar jam 14.00,” katanya.
Puskesmas Kapuk II, Cengkareng, Jakarta Barat, punya cara untukmenyiasati lonjakan jumlah pasien. Kepala puskesmas, dokter gigiEmanuel Ayub, mengatakan petugas membagi antrean pasien menjadi duasejak di loket pendaftaran. Antrean pertama untuk mereka yang sakitringan, seperti pusing, batuk, dan flu. “Diperiksa dua-tiga menit,selesai,” katanya. Sedangkan antrean kedua bagi pasien yangmembutuhkan tindakan medis.
Di puskesmas itu terdapat lima petugas. Satu dokter gigi sekaligusdokter umum, 1 bidan, 2 perawat, dan 1 petugas loket. Dalam sehari,puskesmas ini kedatangan sekitar 120 pasien. “Saya melayani 40-50pasien per hari,” katanya. “Kalau ada tambahan tenaga, itu bagussekali.”
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, mengatakan lonjakanjumlah pasien yang menggunakan layanan kesehatan gratis tak berbandinglurus dengan jumlah dokter dan petugas medis. Jumlah dokter pegawai
negeri di Ibu Kota, kata dia, sekitar 7.000 orang, sedangkan dokternon-pegawai negeri 200 orang. “Mereka ditempatkan di tiap rumah sakitdaerah dan puskesmas,” ujarnya.
Disadur dari tempo.co.id