Wajar - wajar saja! Begitulah daya 'magis' sepak bola. Ketika anda mau terjun ke dalam atmosfer sepak bola, bersiap - siaplah mengalami gejolak emosi dan pikiran.
Daya kreativitas anda bisa bertumbuh namun anda sekaligus ditantang mengendalikan emosi.
Otak anda dipaksa menganalisis, menyusun kerangka argumentasi tapi anda sekaligus ditantang untuk realistis, rasional, proporsional.
Salah satu hal yang hangat dibicarakan di ruang publik dalam nuansa gelaran El Tari Memorial Cup XXXI 2022, ialah soal 'pakai pemain luar'. Luar kabupaten dalam NTT dan luar NTT.
Secara regulasi, jelas, tidak ada soal. Bukan sebuah pelanggaran. Namun mengapa hal ini jadi topik hangat di ruang publik?
Yah, karena sudah terjun dalam atmosfer sepak bola, saya merasa tertarik mengulas ini, tanpa berniat menyudutkan satu pihak atau membanggakan yang lain.
Siapa yang mau mengelak bahwa El Tari Memorial Cup memang sangat kental dengan unsur kedaerahan. Unsur identitas daerah seperti sudah menjadi 'roh' El Tari Memorial Cup.
Hal ini juga yang menurut saya, membuat seseorang yang mungkin sama sekali tidak tertarik dengan sepak bola akan ikut bereuforia.
Belum lagi ada tim - tim yang punya tagline dengan istilah atau bahasa daerah masing - masing. Misalnya, Persami Maumere, Horo. Perse Ende, Rore PSN Ngada, Meju, Perseftim Flores Timur, Sampe Dopi Kepo.
Karena begitu kental dengan unsur kedaerahan, tidak heran kalau ada sentilan - sentilan seperti 'ah pakai pemain luar', 'woe kamu pakai kami punya pemain', dan seterusnya.
Ada yang normatif menanggapi sentilan - sentilan seperti itu. Tanggapannya, 'apa yang salah? Kan secara regulasi mengizinkan'.
Tapi mari kita bertanya lebih dalam lagi, terlepas bahwa secara regulasi mengizinkan. Mengapa harus memakai jasa pemain luar? Apakah benar  memang tidak ada pemain di daerahnya? Kok bisa?
Sudah puluhan tahun liga tertua dan terbesar di NTT ini digelar, dari El Tari Cup menjadi El Tari Memorial Cup. Apakah tidak memberi dampak pada pertumbuhan sepak bola, pembinaan, regenerasi bakat - bakat muda di daerah masing-masing?
Atau, justru ada problem dalam aspek pembinaan, penjaringan sehingga terkesan 'huru hara' cari pemain ketika gelaran El Tari Memorial Cup sudah di depan mata.
Ada tim yang terus terang menjawab mengapa merekrut pemain dari luar NTT atau dari kabupaten lain.
Beragam penjelasan dan jawaban yang dihimpun, baik pernyataan secara langsung maupun melalui media, saya melihat ada dua alasan.
Pertama, pemain luar direkrut agar terjadi proses belajar, tukar ilmu dan pengalaman. Kedua, kualitas pemain lokal diragukan.
Untuk alasan yang pertama, rasa - rasanya tidak relevan di era modern ini. Akses, jejaring sudah sangat terbuka. Mengapa harus belajar pada momen El Tari Memorial Cup.
Untuk alasan kedua, sangat dekat dengan aspek pembinaan. Kualitas yang dimaksud tidak parsial. Seorang pesepak bola, bukan hanya soal 'tendang' bola, kedisplinan, karakter bahkan pengetahuan menjadi bagian penting.
Lantas seperti apa proses pembinaan, pembentukan tim? Sepak bola tidak bisa bertumbuh dengan memakai cara instan kalau kita menginginkan sebuah pertumbuhan yang sesungguhnya.
Ada tim yang menyadari sungguh bahwa memang aspek pembinaan tidak berjalan baik. Sebuah komitmen dibangun, pasca El Tari Memorial Cup, pembinaan di berbagai jenjang usia akan dilakukan.
Sampai di sini, saya ingin katakan, sepak bola lebih dari sekedar sebuah pertandingan. Dalam aspek pembinaan, bukan hanya tendang bola bukan? Jadi kita sudah menebak outputnya seperti apa.
Jika dalam aspek ini masih lemah, jangan terlalu terburu - buru berbicara sepak bola NTT dalam konteks industri, bisnis. Siapakah yang mau berinvestasi, jika untuk produk yang tidak berkarakter, tidak berkesinambungan?