Segera tersedia pakan burung baginya plus air segar dari mata air negeriku. Sembari aku bilang padanya, rehatlah sejenak di pepohonan rindang halaman depan ruang kerjaku. Merpatimu menganggukkan kepalanya tanda setuju, setelah bercengkerama beberapa saat tentang perjalanannya.
Kegembiraan membaca suratmu tak bisa terbendung sekalipun secara saksama. Meledak ngakak, aku. Ketika kau bilang, perkenalanmu dengan seseorang di resto suatu siang.
Kau, gunakan bahasa negeriku sekalipun terbata-bata, spontan, nekad menyapa. Ketika perempuan ayu itu menjawab santun, berbahasa ibu. Mengalir suaranya bagai gemercik air memercik. Langsung tengkurap hatimu, seperti katak sembunyi di balik tempurung.
Lantas katamu. "Aku kira dia perempuan berdarah campuran benuaku dengan negerimu. Ternyata asli dari negerimu. Terlebih membuat aku makin salah tingkah. Dompetku tak ada di kantongku. Setelah mulutku berkicau tentang banyak hal. Dapat kau bayangkan. Wajahku, mendadak mengeras seperti meja kerjaku," kini perempuan itu telah menjadi ibu dari seorang anak gadis bernama Sinten, sesingkat itu namanya berikut nama belakang dari keluargamu.
Gemetar, ketika sampai pada kisah kau terperosok di antara dua bukit pegunungan, aku pikir akhir ceritanya kau mati terjepit gunung seperti, Rahwana, versi komik RA Kosasih. Hebat ya, para sahabatmu bersusah payah berjuang menyelamatkan bersama tim SAR negerimu, sampai akhirnya kau selamat. Meski sedikit hipotermia. Bersyukur, jari-jarimu masih lengkap.
Tak ingin cepat selesai rasanya membaca surat-suratmu. Bahkan kau masih gondok, ketika aku bilang, bahwa kisah sejarah kaisar agung abad ke-3 SM, kemungkinan, dari banyak dugaan literatur kematiannya, aku, paling percaya akibat gigitan nyamuk malaria atau demam tifoid.
Aku menduga kejadiannya, ketika sang kaisar berupaya invasi militer, ke India hingga ke batas paling Timur Benua Asia Besar. Dia beberapa kali terluka parah justru dalam pertempuran di wilayah itu, bahkan, konon, pasukan sang kaisar di hadang oleh pasukan gajah raksasa raja setempat, mendadak muncul menginjak-injak pasukan berkuda sang kaisar agung hehehe.
Kau tetap ngotot bahwa sejarah itu masih kontroversi, akibat berbagai versi literatur kematiannya. Hahaha, aku ngakak sembari menjawab suratmu. Kau ogah menerima begitu saja, bagus. Wajar sih sesuai gelarmu sehebat itu hehehe. Ya, aku mengalah deh, kau akan menjawab sampai menemukan data terakurat. Uhui! Senangnya aku membuatmu penasaran.
Aku, paling malas membaca bagian akhir suratmu. Pertanyaanmu tak penting banget, menyoal kemungkinan lain-lain, berakibat, pada lain-lain juga. Aku tegaskan sekali lagi. Tidak ada lain-lain apapun, itu, cuma isu lain-lain pula. Kau memang kadang-kadang menyebalkan sahabat.
Kau tahukan, tak mungkin soal mikro, mengganggu stabilitas bilateral. Itu, cuma soal dalam negeri-selalu teratasi sebaik mungkin. Karena bersifat pasar musiman naik turun.
Oh, ya. Satu lagi, aku minta kau tak lagi bertanya mengenai terorisme atau rasisme. Itu, persoalan global-warming, my dear friend hehehe. Soal macam itu di negeriku, telah menjadi bulir-bulir embun.
KTT ASEAN 2023. di Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur, baru-baru ini, mengecam tindakan junta militer Myanmar. Negeriku menegaskan, bahwa pencederaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan tidak bisa ditoleransi. Demikian dilansir media negeriku. Nah, coba kau renungkan.
Hahaha, catatan di luar alenia paling bawah, kau ingin aku mengirim resep tempe, tahu bacem. Berikut dua kilogram dalam bentuk bahan jadi tempe, tahu, aslinya hehehe. Oke.
***
Jakarta Kompasiana, Mei 12, 2023.
Salam cinta saudaraku.