Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Tasawuf sebagai Jalan Tengah

10 Agustus 2020   20:04 Diperbarui: 10 Agustus 2020   20:35 164 2
Kisah balas dendam sering kita dengar dalam kolom media kertas dan kolom new media pada masa revilusi 4.0 yang semua tercatat dalam kekuatan sinyal di smartphone Kita. Semua terbius dengan kisah kelam yang tersaji dalam deretan infomasi yang diterima yang menimbulkan kebencian turun temurun sampai kita nikmati saat ini.

Kita butuh sosok ulul albab seperti gus dur, ikeda,  Gandhi untuk menghilangkan kebencian yang tertanam pada rakyat kita. Seperti yang telah kita ketahui bersama kebencian masyarkat kita kepada PKI, Cina bagai jamur yang terus menempel dalam dada setiap insan yang hidup di negara Indonesia.

Teladan yang diberikan Gus Dur  untuk meminta maaf kepada pramoediya ananta Toer sebagai orang yang terhukum kebencian pada masa orba. Pram merasakan dinginya tembok jeruji yang dingin di pulau buruh karena perbedaan haluan politik bernegara yang sudah melekat buruk dibenak masyarkat kita yakni komunis. Sosielo toer juga merasakan kebencian orba, dipenjara tanpa alasan karena beliau dianggap komunis setalah melakukan belajar di lumbung komunis uni soviet pada masa itu.

Gus Dur sebagi orang sufi lebih mementingkan memurnikan hati  dari kotoran yang menylimuti hati, seperti kebencian, dendam, amarah. Semua itu di mainfestasikan dalam sebuah permintaan maaf kepada pram. Gus dur memberikan contoh bahwa tindakan lebih mendidik dari sekedar ucapan. Masa kelam NU dan PKI biarkan sebagai sejarah bukan untuk dijadikan peradaban  kebencian Untuk keturunan kita yang akan datang. Tasawuf sebagai jalan  menuju allah sangat pas untuk jalan tengah untuk mengilangkan kebencian yang telah mengakar. Ajaran tasawuf menghilangkan kotoran yang menyelimuti hati (kebencian/dll)untuk bisa wusul kepada Allah, seperti yang telah dipraktekan oleh gus dur.

Tujuan Tasawuf wusul kepada allah atau marifat, tapi harus mau membumikan ilmu allah dalam kehidupan manusia. Dalam tasawuf disebut maqom baqo, seorang sufi pada maqom baqo tidak lagi berbicara dirinya dan kefanaannya tapi membumikan apa yang di perintah dan dilarang dalam kehidupan bermasyarakat( bernegara). Saya pikir Gus Dur telah menempati maqom baqo, dia bukan lagi mementingkan kefanaan dirinya tapi sudah  membumikan apa yang  diperintahkan oleh agama, salah satunya memaafkan atau rekonsiliasi diantara para pihak yang berseteru.

Pada maqom baqo ini telah di lakukan oleh para sahabat khusunya khulafatur Rasyidin, seperti Abu Bakar , Umar, Ustman, Ali. Kita sudah ketahui Ali menerima ajakan tahkim(perdamaian) muamwiyah, dia menerima dengan lapang dada ajakan tersebut karena dia tahu itu anjuran agama ketika ada sebuah pertikaian.  Dan juga ketahui bagaimna umar berbuat adil kapada orang yahudi yang rumahnya mau digusur  untuk membumikan perintah agama.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun