Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Apakah Ada Dosa yang Dimaklumi oleh HKBP? Suatu Tinjauan Etis-Dogmatis terhadap Inseminasi Heterogen

9 April 2024   09:19 Diperbarui: 9 April 2024   09:40 204 0
Memang ada semacam jargon di dalam masyarakat umum bahwa sangat tabu jika tidak memiliki anak, hal itu berangkat dari "banyak anak banyak rezeki". Hal ini sudah lumrah di dalam konteks masyarakat Indonesia. Tetapi apakah kemudian Alkitab memiliki pandangan yang sama terkait hal tersebut? Jika dikatakan banyak anak banyak rezeki maka tidak selamanya sejalan dengan Alkitab, karena pada dasarnya berkat Tuhan tidak bisa distandarisasi dengan kehadiran anak. Ini jelas sebab berkat itu sangat kompleks, bahkan orang yang belum dikaruniai anak pun sejatinya tidak kekurangan berkat Tuhan, tetapi mungkin akan selalu bertanya tentang waktu. Tetapi berkaitan dengan hal ini apakah kemudian manusia akan diam saja jika sewaktu-waktu tidak tahan dengan keadaan "tidak memiliki anak?" Tentu teknologi terus berkembang, misalnya dengan hadirnya program bayi tabung atau IVF (in vitro fertilization) yang memungkinkan orang memiliki anak tanpa hubungan seksual sebagaimana seharusnya, bisa dikatakan hubungan seksual secara tidak langsung. Jika dikaji lebih dalam lagi, bagaimana kemudian hal ini ditinjau dari etika Kekristenan? Program bayi tabung tidak akan pernah sejalan dengan Kekristenan karena sudah tidak sejalan bahkan melanggar kodrat sebagai ciptaan dan sesuai prosedurnya sudah "melawan Allah" karena tidak sebagaimana semestinya, sudah menjadi rekayasa semata. Teknologi seharusnya menjadi objek untuk memuliakan Allah bukan menjadi media seolah-olah mengolok-olok Allah karena bertindak di luar kodrat. Karena bayi tabung sudah bersifat pembuahan di luar tubuh manusia dan pastinya menggunakan sperma subjek selain suami meskipun ada yang dinamakan inseminasi homogen, tetapi kasus dari penelitian ini adalah inseminasi heterogen, artinya sperma orang lain. Dalam hal ini dapat dikatakan melanggar kodrat, bahkan mengolok-olok Allah secara tidak langsung karena bukan demikian yang seharusnya secara etis karena buah dari pembuahan itu tidak 100% dari pasangan itu, sehingga secara etis sudah melanggar etika Kristen.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun