Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Poisoned by Passion

25 Juli 2014   01:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:18 48 1
Pengalaman saya paling dahsyat adalah saat saya jatuh cinta pada Julia Roberts. Kenapa saya sebut sebagai paling dahsyat. Bukan lain karena saya bertepuk sebelah tangan. Bagaimana mungkin artis cantik yang luar biasa bening (paling tidak menurut saya) akan bisa jatuh cinta balik pada saya, sedangkan kenal saja tidak. Dahsyatnya adalah karena saya bisa jatuh cinta tanpa berharap ketemu, tanpa perlu taruh fotonya di dompet, tanpa perlu malam Minggu dan tanpa-tanpa yang lain.

Andai saja tiba-tiba karena kehendak Tuhan, lalu dipertemukan dengan Julia, bisa jadi malah saya tidak jadi jatuh cinta. Lho? Ya iyalah, ketemu kan belum tentu menjamin dia jatuh cinta sama saya juga. Alih-alih jatuh cinta, bisa jadi malah dia illfill sama saya. Paling pol dia berjalan dengan anggun di kejauhan sambil dada-dada pada khalayak dan saya termasuk dalam barisan rakyat jelata. Padahal, kadang-kadang saya sakit hati kalau dicuekin begitu. Nah, dari akibat dicuekin walaupun itu bukan kesalahan Julia melainkan hanya kesalahan saya yang kegeeran, bisa terjadi hal yang tidak baik. Saya patah hati. Saya bunuh diri… eh, enggak ding. Saya meng-undo jatuh cinta saya. Lalu saya tidak lagi punya passion padanya.

Hehe, sampai sini saya masih merasa tulisan saya ini tidaklah dahsyat.

Esensinya adalah saya, anda atau siapapun bisa merasa peristiwa apapun dahsyat. Bahkan ngupil sekalipun bisa menjadi sesuatu yang dahsyat pada saat ketemu passion-nya. Sedangkan passion itu bisa kita ciptakan dengan mencari sesuatu yang membuat kita penasaran. Itu salah satunya, sedang untuk yang lainnya silakan anda cari sendiri. Jangan manja.

Seperti pada kasus Julia Roberts dan saya, saya berusaha menciptakan passion dengan ‘seolah-olah’. Seolah-olah saya adalah orang yang istimewa buatnya. Nah, ketika kenyataannya adalah bertolak belakang pada saat bertemu dengan JR, habislah passion saya. Begitu.

Lain untuk kasus ngupil, passion-nya adalah factor kesulitan juga factor ukuran. Nah, ketika itu sulit dan berukuran besar, ketemulah passion-nya. Sayangnya saya bukan ahli perupilan, jadi setahu saya hanya itu. Itupun selalu saya lakukan diam-diam di kesunyian suasana. Lalu cuci tangan tentunya, tidak seperti mbak-mbak cantik yang pernah saya lihat melakukannya tanpa dosa di depan saya dan kemudian memelintir-melintirnya dengan wajah penuh kepuasan. Ck…

Seperti yang saya bilang, di setiap apapun kita harus bisa menemukan passion, karena dengan passion maka seakan-akan jiwa kita di situ. Semangat kita ada.   Cemunggguuuddd, cemungudth kakak!

Pada saat passion menghilang, maka itu akan saya ibaratkan sama saja seperti ketika saya bertemu dengan Julia Roberts yang ternyata jauh angan dari kenyataan. Saya tidak dipandang blas. Blaaaasss, Sodara-sodara sekalian. Betapa sakitnya hati ini. Ibarat makan tak enak, ibarat tidur tak nyenyak karena tidak ada lauk dan kebanyakan nyamuk.

Nah, bila anda menyempatkan diri membaca tulisan ini tanpa mendapat passion, berarti itu adalah kesalahan anda sendiri, karena anda sudah over estimate terhadap tulisan saya pun saya. Karena, sesungguhnya  sayapun sedang tidak memiliki passion terhadap apa-apa saat ini. Hehehe.

O iya, sejujurnya pengalaman saya yang paling dahsyat adalah bukan jatuh cinta dengan Julia Roberts, dulu, melainkan ketika saya bisa duduk berdua minum es gempol bersama Luna Maya waktu itu…

Tabik Tuan, tabik Nyonya, tabik Nona. Semoga ceria hari-hari anda senantiasa. :)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun