Apapun itu, yang anda alami saat ini tak akan selamanya, semua akan berlalu. “Tak ada yang abadi”, demikian Ariel Noah bilang di syair lagunya.
(Eh, ada yang tahu kelanjutanan romannya dia dengan Luna Maya? Terus terang saya patah hati ketika Luna cicintaan dengan Ariel.)
Hal buruk, hal baik, sejatinya adalah sama saja. Semua tak akan betah ngendon pada satu titik. Duka, bahagia itupun sama. Mereka enggan berdiam diri. Nah, walaupun saya bukanlah orang yang relijius ijinkan saya mengutip Al Quran. Di sana Allah berfirman.
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. al-Hadid: 22-23)
Atau dalam Injil
Petrus 5:7 “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu “
Tesalonika 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. “
Ketika membaca petikan-petikan ayat di atas, sepertinya saya hebat ya? Padahal itu adalah hasil gugling di internet. Kalau saja saya hafal semua ayat-ayat dalam kitab suci, mungkin saya sudah menjadi ustadz yang laris di tivi saat bulan puasa seperti ini, karena selain hafal ayat-ayat, saya juga good looking. ehm.
Maka, terpujilah penemu internet dan penemu mesin pencarian serta pembuat artikel-artikel di dunia maya.
Setiap sesuatu pasti ada akhirnya. Bila anda sedang bersuka, mungkin detik berikutnya anda bisa berduka. Bila saat ini anda sedang mengalami hal buruk, mungkin detik berikutnya anda akan mendapat rejeki nomplok. Bila saat ini anda untuk makan bakwan saja harus ngebon pada penjualnya, mungkin hari berikutnya anda bisa mempunyai gerobak bakwan sendiri atau bahkan rumah makan khusus bakwan. Bayangkan!
Maunya manusia, bila terjadi hal buruk, maka ingin cepat berlalu. Berlalu menjadi baik tentunya, bukan berlalu kemudian berganti menjadi buruk sekali. Namun, bla terjadi hal baik, maka inginnya terus saja sepanjang masa. Bahkan kalau bisa, sampai akhir menutup mata. Kecil dimanja-manja, muda foya-foya, setengah baya trilili-tralala, tua kaya raya, mati masuk surga. Demikian yang dikehendaki.
Akeh tunggale! Tapi saya juga mau!
Bagaimana dengan orang yang sepanjang hidupnya susah terus atau senang terus? Nah, tentunya ‘sepanjang’ itu bisa dibagi-bagi menjadi satuan waktu atau periode atau apapun. Mungkin saja sedetik dalam hidupnya, atau sejam dalam hidupnya, dia sempat merasakan senang atau susah. Pada saat itu, itulah saat berlalunya. Tapi, apa ya dalam hidup kita, hanya sekali saja dan itu hanya sedetik atau sejam merasakan susah atau senang sedangkan selebihnya adalah kebalikannya? Tidak mungkin kan?
Kalau saja ada manusia yang bisa merasakan senang terus sepanjang hidupnya, mungkin hidupnya hambar. Pun kalau ada manusia yang hidupnya susah terus sepanjang usia, berarti dia patut dikasihani. Hehehe. Paling tidak, semua itu tetap akan berakhir saat dia mati.
Semua pasti berlalu, susah senang, suka duka, nestapa bahagia. Dan untuk di dunia, batasan paling pol berlalu adalah pasti, yaitu mati. Masalah di alam sana nanti, tak usah dipikirkan, jalani saja.
Kenapa saya mengutip ayat-ayat itu? Paling tidak, bukan saya yang menyarankan untuk menikmati sesuatu secara berlebih dan juga selalu berusaha bersyukur.
Kenapa saya tidak mau menyarankan hal-hal tersebut? Karena saya juga manusia, yang kadang masih suka menikmati sesuatu secara berlebih saat bisa, seperti ketawa ngakak sampai terbahak-bahak saat nonton dagelan Kirun dan Topan. Bersyukur? Ck, saya sering lupanya. Hanya pada saat susah saya sering ingat Tuhan.
Apakah saya juga bisa ikhlas menerima cobaan-cobaan dengan mengingat ‘semua pasti berakhir, semua pasti berlalu’? Tentu saja… tentu saja tidak.
Memangnya saya hebat apa? Kalau anda menganggap saya begitu, berarti anda sangat berlebihan. Itu tidak baik.
Seperti saat ini, dari tadi saya menikmati minum es secara berlebihan. Makan gorengan dengan Lombok setannya juga berlebihan. Tapi bukan setannya yang berlebihan.
Saat ini, rasanya saya juga mikir terlalu berlebihan… *menghela nafas panjaaaang*
Tabik Tuan, tabik Nyonya, tabik Nona. Semoga selalu ceria hari-hari anda. :)