Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Kau Aku dan Warung Kopi Kita

8 Desember 2024   12:58 Diperbarui: 8 Desember 2024   13:33 140 2
Suatu hari diperpisahan yang kesekian kalinya aku tertunduk lesu menahan air mata mengingat mimpi-mimpi kita, haruskah ia dikubur lebih awal. Aku teringat satu harapan yang kau ceritakan, kau berangan kita punya sebuah kedai kopi. Aku mengurus penjualan dan sedang kau menu-menunya.
Hari dimana kita mulai asing aku bertekad mewujudkan mimpi kita meski aku harus melakukannya sendiri setidaknya aku buktikan bahwa dahulu kau tak salah memilih ku.

Warung Kopi itu ku beri nama Sepe (Flamboyan) sesuai nama yang kau sematkan pada kue ulang tahun ku, sebelum akhirnya kau memilih pergi. Sepe selalu punya cerita tetang kerinduan sebab mekarnya di penghujung Oktober hingga Desember menjelang natal.
Akhirnya dengan segala usaha aku meyakinkan mu untuk kembali menggali mimpi yang sudah kita kubur. Walau sedikit canggung, kita berhasil.

Warung Kopi kita yang sederhana menjual aneka kopi, teh, mie dan yang paling  spesial masakan mu, nasi ayam rica. Aku diam-diam tersenyum bangga setiap kali pelanggan kita memuji masakan mu. Suatu hari kau tak sengaja menambahkan garam berlebih, saat ada yang memesannya dengan sigap aku minta maaf pada pelanggan kita dengan bilang aku yang memasak hari ini. Beruntungnya mereka pelanggan setia kita dengan sedikit terkekeh mereka mengejek ku karena ayamnya terlalu asin.

Semua baik-baik saja, warung kopi kita mulai ramai bahkan sesekali kita kerepotan melayani pelanggan. Kau akan pamit lebih dulu setiap pukul sembilan malam sebab tempat tinggal mu memang jauh. Tak lupa menyalim tangan ku dan spontan aku membuat tanda salib kecil di kepala mu seperti permintaan mu dahulu.
Perihal  mengolah keuangan harus ku akui, ilmu bisnis yang ku pelajari nampak tak ada apa-apanya  di depan mu. Kau menghitung detail yang tak pernah ku hitung dan itulah alasan aku jatuh cinta pada mu berkali-kali.

Suatu hari kau pergi harus ku akui akulah yang salah dalam hal ini. Akulah penjahat dalam cerita ini sebab memaksa mu untuk tetap bertahan walau kau tak lagi punya perasaan

Hari itu begitu fasihnya kau bilang kau tak lagi punya perasaan. Tak ada lagi cinta dalam hubungan ini. Kau meminta ku untuk jangan lagi merayu mu sebab kau takkan pernah kembali. Kau tak ingin berurusan dengan ku tentang apapun itu. Awalnya aku  sedikit bercanda membalas pesan mu sebab ini bukan pertama kalinya kau mengakhiri hubungan kita. Hingga akhirnya aku sadar kau kehilangan rasa hormat, kau tak mengahargai ku sama sekali. Kuputuskan untuk mengakhiri hubungan kita dengan menyetujui mau mu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun