Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Jendela yang Tertutup

24 Agustus 2024   02:12 Diperbarui: 24 Agustus 2024   02:21 22 1
Langit di luar kamar Sarah sudah mulai gelap ketika dia menutup jendela kamarnya dengan perlahan. Angin malam yang dingin menyelinap masuk melalui celah-celah jendela yang setengah terbuka. Suara gemerisik daun di luar membuatnya merasa gelisah. Jendela itu selalu tertutup setiap malam, seolah ada sesuatu yang ingin dihindarinya.

Sarah adalah seorang gadis berusia 27 tahun yang tinggal sendirian di sebuah apartemen kecil di pusat kota. Hidupnya penuh dengan rutinitas yang monoton, bangun pagi, bekerja sebagai editor di sebuah penerbit kecil, pulang, makan malam, dan tidur. Namun, ada satu hal yang membuat hidupnya berbeda dari orang lain. Dia takut pada malam.

Bukan malam dalam arti kegelapan atau kesunyian, tetapi pada makna yang lebih dalam. Malam bagi Sarah adalah waktu di mana pikirannya mulai berkelana ke tempat-tempat yang tidak ingin dia kunjungi. Masa lalu yang penuh dengan trauma dan kesedihan selalu menghantuinya setiap kali matahari terbenam.

Di malam yang kelam itu, Sarah duduk di dekat jendela, memandangi kegelapan di luar. Dia ingat bagaimana jendela ini pernah menjadi saksi bisu dari momen-momen penting dalam hidupnya. Di sinilah dia pertama kali melihat cinta pertamanya, di sinilah dia menyaksikan perpisahan yang menyakitkan, dan di sinilah dia bersembunyi dari dunia ketika semuanya terasa terlalu berat.

Sarah menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Tetapi pikirannya terus berlari kembali ke masa kecilnya. Ibunya yang kasar, ayahnya yang selalu absen, dan bagaimana dia sering merasa sendirian meskipun berada di tengah-tengah keluarga. Kenangan itu membuatnya merasa terjebak dalam lingkaran tanpa akhir.

Namun, malam itu ada sesuatu yang berbeda. Sarah memutuskan untuk menghadapi ketakutannya. Dia membuka jendela dengan lebar dan membiarkan angin malam menyentuh wajahnya. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi dia merasa hidup. Dia menutup matanya dan membayangkan dirinya sebagai anak kecil yang berdiri di bawah sinar bulan, bebas dari segala beban.

Ketika dia membuka matanya, Sarah merasa ada yang berubah dalam dirinya. Ketakutan yang selama ini mengikatnya perlahan-lahan mulai menghilang. Dia menyadari bahwa jendela itu bukanlah penghalang, melainkan pintu menuju kebebasan. Kebebasan untuk menerima masa lalunya, dan kebebasan untuk menjalani hidup tanpa bayang-bayang ketakutan.

Malam itu, Sarah tidur dengan jendela yang terbuka lebar. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa damai. Angin malam yang biasanya menakutkan kini terasa seperti pelukan hangat yang menenangkan. Dia tahu, perjalanan menuju penyembuhan masih panjang, tetapi langkah pertama telah dia ambil.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Pagi datang dengan sinar matahari yang hangat dan suara burung berkicau di luar jendela. Sarah merasa ada perubahan yang signifikan dalam dirinya. Setiap malam, dia mulai membuka jendela sedikit lebih lebar, membiarkan udara malam masuk dan menghapus bayang-bayang ketakutan yang selama ini menghantui.

Rutinitas hariannya masih sama, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam cara dia menjalani hidup. Dia mulai menikmati hal-hal kecil yang sebelumnya dia abaikan. Aroma kopi pagi yang menyegarkan, senyum ramah dari penjaga toko roti di sudut jalan, dan cahaya matahari yang menembus celah-celah daun pohon di taman kota.

Suatu hari, saat Sarah sedang duduk di bangku taman, dia bertemu dengan seorang pria bernama Alex. Alex adalah seorang seniman jalanan yang sering melukis di sudut-sudut kota. Mereka berkenalan ketika Sarah tertarik dengan salah satu lukisan Alex yang menggambarkan jendela yang terbuka lebar dengan pemandangan malam yang indah.

"Kenapa jendela?" tanya Sarah penasaran.

Alex tersenyum. "Jendela adalah simbol kebebasan bagi saya. Ketika jendela terbuka, kita bisa melihat dunia luar dengan lebih jelas dan merasakan kebebasan yang sesungguhnya."

Sarah terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Alex. "Saya juga merasa begitu," jawabnya pelan.

Sejak pertemuan itu, Sarah dan Alex sering bertemu. Mereka berbagi cerita dan impian, serta saling mendukung dalam menghadapi tantangan hidup. Sarah merasa Alex adalah seseorang yang mengerti dirinya lebih dari siapa pun. Mereka berbicara tentang masa lalu, luka-luka yang belum sembuh, dan harapan untuk masa depan.

Hubungan mereka berkembang dengan cepat. Sarah menemukan kenyamanan dalam kehadiran Alex. Malam yang dulu menakutkan kini terasa lebih hangat dan menyenangkan dengan adanya Alex di sisinya. Mereka sering duduk di balkon apartemen Sarah, memandangi bintang-bintang dan berbicara hingga larut malam.

Namun, tidak semua hari berlalu dengan mulus. Ada kalanya masa lalu Sarah kembali menghantui. Ketika kenangan buruk muncul, dia merasa terjebak dalam kegelapan yang pekat. Alex selalu ada di sana, menghibur dan memberinya kekuatan untuk terus maju.

"Jangan biarkan masa lalu menguasaimu, Sarah," kata Alex suatu malam ketika Sarah terisak dalam pelukannya. "Kamu lebih kuat dari yang kamu kira."

Sarah mengangguk, menghapus air mata dari pipinya. Dia tahu Alex benar, tetapi proses penyembuhan tidaklah mudah. Setiap malam adalah perjuangan baru, dan setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah kemenangan besar.

Sarah juga mulai mencari bantuan profesional. Dia menemukan seorang terapis bernama Dr. Maya yang sangat membantunya memahami dan menghadapi trauma masa lalu. Setiap sesi terapi membawa Sarah lebih dekat pada penyembuhan dan kebebasan yang sesungguhnya.

"Ketakutan adalah bagian dari diri kita, Sarah," kata Dr. Maya dalam salah satu sesi mereka. "Tetapi kita tidak perlu membiarkannya mengendalikan hidup kita. Kita bisa belajar untuk hidup berdampingan dengan ketakutan, dan perlahan-lahan melepaskannya."

Sarah merasakan perubahan yang signifikan dalam dirinya. Dia mulai merasa lebih ringan dan lebih bahagia. Dia tahu bahwa perjalanan menuju penyembuhan masih panjang, tetapi dia tidak lagi merasa sendirian. Dengan dukungan Alex dan Dr. Maya, serta kekuatan yang dia temukan dalam dirinya sendiri, Sarah merasa mampu menghadapi apa pun yang datang.

Musim berganti, dan Sarah terus menjalani hidupnya dengan penuh semangat. Hubungannya dengan Alex semakin erat, dan dia merasa semakin dekat dengan kebebasan yang selama ini dia impikan.

Suatu malam, ketika mereka duduk di balkon, Sarah berbicara tentang masa lalunya dengan lebih terbuka. Dia menceritakan tentang ibunya yang kasar, ayahnya yang selalu absen, dan bagaimana dia sering merasa sendirian meskipun berada di tengah-tengah keluarga.

Alex mendengarkan dengan seksama, menggenggam tangan Sarah dengan lembut. "Kamu telah melalui banyak hal, Sarah. Dan kamu masih berdiri tegak. Itu menunjukkan betapa kuatnya kamu."

Sarah tersenyum, merasakan kehangatan dalam kata-kata Alex. "Terima kasih, Alex. Kamu telah banyak membantuku."

"Kamu tidak sendiri, Sarah. Kita akan selalu menghadapi ini bersama-sama," jawab Alex dengan penuh keyakinan.

Malam itu, Sarah merasa ada beban yang terangkat dari pundaknya. Dia merasa lebih bebas dari sebelumnya. Jendela yang dulu selalu tertutup kini selalu terbuka lebar, membiarkan angin malam masuk dan membawa harapan baru.

Sarah tahu bahwa perjalanan menuju penyembuhan adalah proses yang panjang dan berliku. Ada hari-hari di mana dia merasa kuat dan penuh semangat, tetapi ada juga hari-hari di mana dia merasa rapuh dan terpuruk. Namun, dia tidak lagi merasa sendirian dalam perjalanannya. Dengan dukungan Alex, Dr. Maya, dan kekuatan yang dia temukan dalam dirinya sendiri, Sarah yakin dia akan mencapai kebebasan yang selama ini dia cari.

Waktu terus berlalu, dan Sarah terus berjuang. Dia menemukan kedamaian dalam hal-hal kecil yang sebelumnya dia abaikan. Aroma kopi pagi yang menyegarkan, senyum ramah dari penjaga toko roti di sudut jalan, dan cahaya matahari yang menembus celah-celah daun pohon di taman kota. Semua itu adalah bagian dari hidupnya yang baru, hidup yang penuh dengan harapan dan kebebasan.

Sarah belajar untuk menerima masa lalunya, bukan sebagai beban, tetapi sebagai bagian dari dirinya yang membentuk siapa dia hari ini. Dia belajar untuk hidup berdampingan dengan ketakutannya, dan perlahan-lahan melepaskannya. Jendela yang tertutup kini terbuka lebar, membiarkan cahaya masuk dan membawa harapan baru.

Malam itu, Sarah tidur dengan jendela yang terbuka lebar. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa damai. Angin malam yang biasanya menakutkan kini terasa seperti pelukan hangat yang menenangkan. Dia tahu, perjalanan menuju penyembuhan masih panjang, tetapi langkah pertama telah dia ambil. Dan dengan setiap langkah kecil, dia semakin mendekati kebebasan yang selama ini dia impikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun