Sebuah Renungan di Malam NATAL:
“Happy Natal Day and New Year." ungkap saya dengan penuh kasi.
Saya mengucapkan selamat HARI Natal dan Tahun Baru karena saya berbahagia. Berbahagia atas kebahagiaan yang diarasakan teman-teman saya. Meskipun saya tetap saja masih tidak setuju dengan “OKNUM” pengembala.
Begini ceritanya. Ketika paman (keluarga jauh) saya mengetahui bahwa saya alih agama, mereka seperti sangat mengasihani saya.
“Kamu tidak akan masuk surga. Tuhan akan menghukum kamu dengan api neraka. Karena Ia pencemburu!” Kata paman saya.
Saat itu mereka sekeluarga melihat saya seakan saya adalah orang yang malang, orang yang menderita se-jagat raya. Berkali-kali dan bertubi tubi mereka menasehati saya. Saya telah diwartakan keselamatan Tuhan, namun saya mengingkari.
“Kamu pasti masuk neraka!” Kata mereka serentak. Karena saya dianggap domba yang tersesat.
Saat itu ‘ntah mengapa pikiran saya terasa semakin tertutup, anti karena ditakuti-takuti. Saya tetap pada pendirian saya untuk alih agama. Orang tua tempat saya dibesarkan memberikan “kebebasan”. Kebebasan ini diberikan ‘ntah mereka benar-benar memilki toleransi yang tinggi atau mereka tidak memahami agama yang mereka anut atau hanya sekedar tradisi. Namun, karena ini saya bersyukur, sehingga dapat membuat saya menganalisa lebih dalam tentang apa yang saya yakini.
Pengalaman lain juga pernah saya dengar. Ketika Ia berada di Melbourne. Seorang mahasiswi asal Indonesia yang belajar disana. Gadis muda ini memiliki sekumpulan sahabat yang dianggapnya sebagai teman karib. Sering mereka berkumpul. Beberapa kali Ia berkumpul dalam sebuah ritual kebaktian. Sering kali Ia diajak untuk alih agama. Hingga suatu ketika Ia tertarik dan mengutarakan keinginannya ini kepada orang tuanya.
“Mi saya mau alih agama”. Katanya kepada sang Ibu.
“Kamu pikirkan kembali” Jawab Ibunya sederhana. Sambil memberi pengertian yang tulus agar anaknya tidak gegabah dalam mengambil langkah besar.
Akhirnya gadis muda ini tidak jadi beralih agama. Sayang.. sungguh disayang, ketika anak ini mengatakan kepada sahabat karibnya Ia tidak jadi pindah agama, Ia dijauhi. Perlahan tapi pasti mereka meninggalkannya. Tidak ada lagi kepedulian sebagai sahabat seperti dahulu.
“Saya baru mengerti! Ternyata kebaikan mereka selama ini ada maunya.” Ungkapnya dengan kecewa.
Menyambut tahun baru ini. Mengapa tidak kita jadikan momen Natal ini untuk merefleksi diri. Saya setuju atas sifat-sifat mulia yang ditunjukkan kristus mati dikayu salip. Bolehlah Ia disebut anak Tuhan. Ciri-ciri kepribadiannya menunjukkan sifat-sifat keTuhanan. Meskipun, saya masih tidak setuju dengan paman saya si pengembala domba. Bukan saya sakit hati karena di vonis masuk neraka. Bukan itu!
Hal yang juga membuat saya tertawa geli, paman saya si pengembala domba. Setiap kali kebaktian, selalu memunculkan kesaksian produk ala Multi Level Marketing. Isinya selalu menjelekkan agama yang sebelumnya. Padahal dari si pelaku testimoni ini saya tahu Ia bukanlah seorang yang benar-benar beragama itu dan mengerti tentang agama terdahulunya. Ia hanyalah pengikut tradisi etnis tertentu yang banyak menyebar di belahan benua ini.
Tapi sudahlah! Tujuh hari dari hari ini kita akan memasuki tahun baru. Ditahun yang baru nanti semoga kasih sayang dan sikap pengorbanan kristus dapat kita praktikkan tanpa membeda-bedakan. Baik kepada orangtua yang telah banyak berkorban, orang-orang yang kita cintai, sahabat dekat maupun jauh, dan bahkan orang-orang yang tidak kita kenal.
Salam inspirasi
Grahanyana and team
(Cellfood, Mindtechnology, and Educational Coach)
Info SMS +62811-8200035; BB Pin 24E10C66
Sumber: Sebuah catatan pencarian