. . . ku rasakan kering tenggorokkanku. Sakit kakiku akibat menghentak dan mendobrak papan kayu ini. Darah segar mengalir di jari-jariku. Kepalan tanganku ngilu dan perih. Sudah ku hantam tanganku sekuatnya dan ku coba buka peti mati ini. Habis pula tangis dan suaraku berteriak di liang kubur sepi ini. Ketakutan berbalut kengerian yang kurasakan. Aku mati karena aku belum mati. Aku terkubur hidup-hidup. (
HST:
#28)
KEMBALI KE ARTIKEL