[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="(photo: tribunnews.com)"][/caption] Baru saja saya melihat acara Hitam Putih di Trans7. Kebetulan tamu yang diundang adalah Angel Lelga, sang Caleg dari PPP. Lalu ada seorang wanita yang entah siapa dia. Serta satu Caleg yang cukup unik. Sukirno, Caleg dari Demokrat yang berprofesi sebagai seorang badut. Seperti biasa, acara Hitam Putih ini selalu berisi sentilan-sentilan Dedy. Terutama kepada Angel Lelga yang banyak dipertanyakan pencalegannya. Sedang pada Sukirno, Dedy lebih banyak bertanya dengan rasa simpatik dan ingin tahu. Sukirno atau yang akrab dipanggil Gareng, berani maju Caleg DPRD di Bojonegoro. Dengan berbekal niat tulus mewujudkan amanah dan aspirasi rakyat, Sukirno yakin bisa mendapat kursi di DPRD Bojonegoro. Dan sudah 10 tahun, Sukirno sudah menjalankan profesi sebagai seorang penghibur keliling. Terutama menghibur anak-anak. Dan kabarnya, Sukirno alias Gareng ini sudah cukup terkenal sebagai badut di Bojonegoro. (berita:
pemilu.okezone.com) Sedang, Angel Lelga sendiri adalah Caleg DPR Dapil 5 Jawa Tengah dari PPP. Dan untuk sepak terjang selama menjadi selebritis, mungkin Anda sudah tahu sendiri. Dan berbekal popularitas ini, Angel Lelga seperti mendapat 'pencerahan' untuk bekerja untuk rakyat. Terutama guna menduduki kursi empuk (karena isinya uang) di gedung DPR. Dan terutama 'membela' kaumnya, wanita.
Menganalisa Permainan Tanda-Petanda Yang Dilakukan Dedy Corbuzier Dan inilah yang kiranya saya anggap cara cerdas Dedy Corbuzier sebagai host Hitam Putih. Tidak secara frontal dan nyinyir pertanyaan Dedy sebenarnya. Atau tidak 'seberat' pertanyaan Najwa Shihab dulu ketika mewawancarai Angel Lelga di Mata Najwa. Namun, secara subtle (halus) kritik Dedy Corbuzier sejatinya cukup nyata. Apalagi bisa dilihat dengan segala tanda dan petanda yang disajikan dalam acara tersebut. Selama Angel Lelga dan Sukirno disandingkan, sebenarnya banyak permainan petanda yang terjadi. Tanda (
sign) utama dari kedua tamu Hitam Putih itu adalah Caleg. Kedua orang Caleg yang sama-sama akan maju dalam Pileg. Yang satu, Angel Lelga untuk DPR, dan Sukirno untuk DPRD. Dan petanda (
signified) yang bermain ada dua, yang satu selebritis dan satu adalah badut. Dari dua petanda awal, muncul petanda lain. Petanda yang bertumpuk membentuk rangkaian petanda baru. Yaitu, dua orang Caleg tadi bisa dikatakan berani atau nekat dalam pencalegan. Dan, petanda-petanda ini bermain dalam fikiran kita semua. Caleg selebritis dan badut dalam Hitam Putih ini adalah orang-orang nekat. Sehingga muncul beragam asumsi. Buat apa mereka menjadi Caleg. Mereka tidak punya
track-record yang mumpuni dalam tata negara ataupun jejak politik. Dan macam-macam asumsi yang muncul ini adalah permainan petanda yang terjadi. Bersandingnya Angel Lelga dengan Sukirno alias Gareng, sejatinya menyiratkan asumsi yang kritis. Yaitu, sejatinya majunya Angel Lelga sebagai Caleg adalah perumpamaan badut. Terutama badut politik. Ia menghibur dan ia menjadi tombo ngantuk. Angel Lelga ditandai dengan nyata dengan cara Dedy Corbuzier mengundang Sukirno. Pencalegan Angel Lelga adalah setara dengan lucunya badut. Sadarkah Angel Lelga? Saya kira belum, bukan tidak. Secara fisik, Angel Lelga bukanlah badut. Ia janda cantik Rhoma Irama yang masuk golongan sosialita. Namun secara ideologis pencalegan, ia serupa badut. Ia hanyalah pameran dan pemenuh syarat 30% suara wanita di parlemen. Ia tidak tahu secara otentik untuk apa ia menjadi Caleg. Menjadi wakil rakyat di gedung penuh duit disana, DPR. Dan, tidak perlu panjang lebar menjelaskan 'kedangkalan' Angel Lelga. Mungkin Anda pernah melihat acara Mata Najwa dengan bintang tamu Angel Lelga. Sedang untuk Sukirno sendiri, segala asumsi yang ada saat di
stage Hitam Putih adalah bentuk
support. Dibalik topeng badut dan kenekatannya (dua petanda awal), ia adalah manusia yang luhur. Ia adalah badut pada tatanan pakaian, bukan pada tataran ideologis. Ia sadar dan faham kenapa dan untuk apa ia ingin menjadi Caleg. Ia datang dari kau grass root yang tahu segala penderitaan rakyat atas jumudnya pemerintahan. Simpulannya, Dedy Corbuzier berhasil bermain dengan tanda-petanda ini. Ia mengkritik dengan sangat halus dan pasti. Ia membuktikan frasa '
from your deepest mind' yang selama ini saya dengar sebagai tagline dalam iklan Hitam Putih. Kenapa Dedy tidak mengundang Caleg yang juga selebritis. Misalnya pasangan Anang-Ashanti yang maju Caleg dari PAN Dapil IV Jawa Timur. Atau 'Pak Maknyuss' Bondan Winarno yang maju dari Gerindra Dapil DKI Jakarta II. Mereka unik dan saya kira bisa menarik untuk diketahui alasan mereka. Namun, Dedy Corbuzier rupanya senang bermain-main petanda yang ada. Semoga, Angel Lelga tidak menjadi korban badut (kalau gagal nyaleg) atau menjadi badut (kalau jadi anggota DPR) dari partai yang memboyongnya. Karena petanda yang baru saja disajikan di Hitam Putih, saya kira cukup kritis.
Salam, Solo, 05 Februari 2014 08:35 am
KEMBALI KE ARTIKEL