Jelas ini melanggar norma kesusilaan menurut penulis dan dapat menjadi perusak moral anak tersebut dengan pemahaman harus mereka mengerti sejak dini.
Namun penulis ingin menelisik berdasarkan peruntukannya dan momentum pelaksanaannya. Karena tidak sedikit yang menyalahkan lebih kepada pelaksanaannya bukan pada siapanya. Hal ini mereka rasakan karna hal seperti ini mereka anggap mendapatkan panggung. Artinya masyarakat awam akan menganggap hal seperti ini hanya sebagai wajar wajar saja.
Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan bahwa aksi yang dilakukan seorang anak yang bernyanyi tentang lagu cinta dihadapan kepala negara dan disaksikan jutaan pasang mata dalam acara besar yang kita katakan lah "pesta rakyat", pestanya masyarakat Indonesia.
Hal ini penulis rasa adalah sebuah wujud apresiasi pula dari kemampuan suara seorang anak yang mampu menjadi perbincangan dunia maya hingga tembus masuk pada 100 video topik utama di platform YouTube dunia.
Tentu ini adalah bentuk apresiasi negara pada kemampuannya terlepas dari kontroversi usia penyanyinya.
Jika saja, kita terlebih dahulu mengkomentari nyanyian anak tersebut sebelum viral* tentunya panggung untuk anak yang bernyanyi di khalayak ramai ini tidak akan terjadi.
Silahkan kita menelisik terlebih dahulu untuk menjadi paham. Sebelum kita termakan pada kata-kata sendiri.
Mengapa sebelumnya tidak dikomentari?
Mengapa sebelumnya dianggap biasa saja?
Apakah ini cara kita bermain?
Apakah ini cara kita menjatuhkan mental anak bangsa?
Jelas sudah berseliweran didunia maya sehari sebelum menyanyikan lagu tersebut, sang anak sudah diberikan pesan oleh orang nomor satu di negeri ini "nyani boleh, tapi harus terus belajar, kalau bisa sampai setinggi-tingginya".
Secara tak langsung pesan tersebut akan masuk dalam benak dan pikiran sang anak agar giat pada pendidikannya, terlebih pesan tersebut disampaikan langsung oleh seorang kepala negara yang semua orang tidak mungkin memiliki kesempatan yang sama seperti dirinya.
Pesan penulis ialah, mari kita bijak bernalar. Itu saja.