Dampak Covid-19 Pada Proses Pembelajaran di SDN Tanjungwangi
Sekolah merupakan tempat bagi para peserta didik melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Melalui sekolah, peserta didik difasilitasi untuk  melakukan kegiatan yang menyenangkan dan saling berinteraksi antar peserta didik maupun guru. Tetapi, dimasa pandemi Covid-19 sejauh ini proses pembelajaran ditiap sekolah mengalami perubahan dari sistem konvensional menjadi modern seperti yang biasa disebut pembelajaran dalam jaringan. Di Indonesia sendiri, permasalahan dibidang pendidikan tidak hanya terjadi dimasa pandemi saja, namun sebelum pandemi melanda, banyak terjadi ketimpangan pendidikan mulai dari perbedaan fasilitas hingga keterjangkauan akses menuju sekolah. Lalu, Bagaimana dampak covid-19 bagi proses pembelajaran di SDN Tanjungwangi ini?Â
1. Proses Pembelajaran menggunakan Mix Methode antara Daring dan Luring
     Proses Pembelajaran yang dilakukan di SDN Tanjugwangi ini merupakan metode campuran yaitu selain melaksanakan pembelajaran daring, juga melaksanakan pembelajaran luring. Hal itu menjadi keputusan dan kebijakan dari sekolah atas perintah dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang. Kepala Sekolah SDN Tanjungwangi yang bernama Juju, mengutarakan bahwa "Pelaksanaan pembelajaran dan PAS dilakukan secara luring dengan memperhatikan protokol kesehatan, dengan sistem belajar kelompok dirumah siswa". Â
     Pembelajaran Luring ini bersifat 50% dan daring 50%, yang dilaksanakan selama sekali sampai dua kali dalam seminggu. Artinya pembelajaran luring tetap dilaksanakan dengan menimbang dan memperhatikan protokol kesehatan supaya tidak sering melakukan kontak fisik dan sosial secara langsung.  Dengan adanya kebijakan pembelajaran luring, bukan berarti sekolah memperbolehkan guru dan siswa belajar disekolah. Maka dari itu, belajar dilakukan dirumah siswa dengan cara membagi satu kelas kedalam beberapa kelompok belajar. Sebagai Contoh pembelajaran di kelas 1B oleh guru wali kelas yaitu Ratnasih, S. Pd. dilaksanakan di dua rumah yang berada didaerah Babakan Curug dan Jln. Tanjungwangi. Guru wali kelas tersebut mendatangi masing-masing rumah untuk mengajar dan siswa diinformasikan untuk menerapkan protokol kesehatan seperti jaga jarak, menggunakan masker dan membawa hand sanitizer.Â
     Lalu, bagaimana pembelajaran daring dilakukan di SDN Tanjungwangi ? Pembelajaran dalam jaringan dilaksanakan oleh masing-masing guru wali kelas dengan memanfaatkan sosial media whatsapp untuk membuat grup orangtua dan siswa. selama pembelajaran, guru memberikan materi dan tugas melalui sosial media whatsapp tersebut. kemudian berbagai informasi terkait pengumpulan tugas juga bisa dilakukan melalui whatsapp. kesiapan setiap orangtua dan siswa dalam hal pembelajaran daring ini tidaklah sama, dikarenakan terdapat perbedaan kondisi ekonomi dan latar belakang peserta didik.
2. Kemampuan Penguasaan Teknologi dan Informasi
     Pembahasan bagian ini difokuskan pada Subjek siswa kelas 1B SDN Tanjungwangi. pada siswa dan guru kelas 1B ini tidak seluruhnya paham bagaimana pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran dimasa pandemi ini. terkhusus bagi guru-guru yang lahir tahun sebelum 1980-an, karena faktor usia menjadi penghambat dalam penguasaan teknoogi informasi. kurangnya kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi ini menjadi kendala dalam menggunakan media pembelajaran daring, begitu juga dialami oleh siswa kelas 1 yang belum mampu menguasai dan menyerap pembelajaran yang diberikan melalui media daring. kesulitan ini memengaruhi pada keragaman metode pembelajaran yang sangat kurang, media pembelajaran tidak mampu dikuasai maksimal dan berpengaruh pada efektivitas pembelajaran sehari-hari.
3. Perbedaan Fasilitas Sarana Prasarana Pendukung Pembelajaran Daring
     Setiap siswa memiiki perbedaan dibidang ekonomi maupun latar belakangnya. seperti di kelas 1B ini, setelah melalui proses observasi yang dilakukan sekolah terkait kondisi siswa dalam kepemilikan fasilitas pendukung pembelajaran daring yaitu gawai dan internet, ternyata terdapat beberapa siswa yang tidak memiliki gawai sama sekali. menanggapi hal itu, pemerintah juga memberikan upaya bantuan subsidi kuota ke setiap siswa disemua sekolah di Indonesia. tetapi sekolah juga melakukan penyesuaian kembali dan memberikan treatment bagi para siswa yang tidak memiliki gawai dengan saling bekerja sama antar orangtua siswa untuk memberikan bantuan seperti meminjamkan hp ataupun belajar bersama. akses internet dan sarana prasarana yang terbatas jelas menjadi topik yang lazim dalam membahas masalah dalam pembelajaran daring ini, termasuk dialami di SDN Tanjungwangi.