“Tunggu sampai pasukan musuh mendekat..tunggu aba-aba !!”
Sekumpulan daun lumbu itu pun diam tak bergerak. Mengintai musuh, menunggu waktu yang tepat untuk menyergap.
“Seraaaanggg!!!” Secepat kilat, sekumpulan daun lumbu itu pun menampakkan aslinya. Kamuflase alami yang hebat, berhasil menipu pasukan Belanda. Para serdadu Belanda kalang kabut berhamburan bagaikan anak ayam yang ditikam oleh musang.
Sepotong skenario peperangan di masa penjajahan tersebut melintas ketika saya menilik sesosok patung wanita berkuda membawa tombak di sebuah kota kecil barat Jogjakarta. Tak salah lagi, wanita tersebut adalah otak strategi perang melawan Belanda yang disegani, dikenal dengan nama Nyi Ageng Serang. Dialah penasehat strategi perang Pangeran Diponegoro, pejuang kemerdekaan dari Tegalrejo. Karena jasanya yang begitu besar, sebuah patung yang menggambarkan Nyi Ageng Serang didirikan dengan megah di persimpangan lima (proliman) kota Wates.