Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Politik Kembang Kertas

10 Maret 2013   06:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:02 186 0
Suhu politik saat ini sedang memanas. Pedangdut dan kuasa hukum sibuk membangun citra biar bisa jadi presiden, selebritis rame-rame memboyong diri dan kawan-kawannya merapat ke partai, sampai-sampai tukang sulap pun ngotot kepengen jadi wakil bupati. Banyak orang yang ingin merasakan asiknya berdansa di panggung politik. Ini negara demokrasi. Dari tukang becak sampai pengusaha, siapa saja berhak bermimpi menjadi presiden dan pemimpin daerah. Tapi permasalahannya, menjadi pemimpin negara bukanlah semudah memimpin grup soneta. Selain itu, ini negara yang kemerdekaannya diraih dari hasil perjuangan darah dan diplomasi, bukan karena fenomena klenik seperti sihir dan magic. Permasalahan negara dan pemerintahan daerah yang begitu kompleks tidak mungkin bisa ditangani oleh jampi-jampi dari trik magic. Indonesia butuh figur yang mapan dalam segala konteks kenegaraan dan politik. Indonesia butuh figur yang menjadi pemersatu, bukan figur yang mendiskreditkan golongan atau etnis lain yang bukan merupakan golongannya, bukan pula figur yang mencela kinerja pemerintah-pemerintah daerah di saat pemerintah daerah menjadi tokoh favorit masyarakat karena ia berhasil merealisasikan janji-janjinya. Jangan sampai negara ini menjadi seperti beras yang sedang diayak, tidak memiliki integritas. Bangsa ini bukan bangsa klenik. Mungkin suatu saat nanti akan ada pemimpin yang berani memiskinkan para koruptor, membersihkan jubah parlemen negara tanpa harus ada ritual sumpah pocong. Karena negara ini bukan negara klenik. Pemimpin dan orang-orang yang duduk di parlemen haruslah orang-orang yang memiliki sumber daya politik (relasi, materi, kemampuan berdinamika dalam berpolitik) sebagai modal, tidak cukup dengan hanya niat dan interest saja. Mengadaptasi kata-kata seorang pengamat politik, pak Sukardi Rinakit, orang-orang seperti ini termasuk pemakai "politik kembang kertas". Artinya, anak kemarin sore yang harusnya masih jadi penonton malah ngotot kepengen jadi pemain. Bekali diri dulu saja, jangan sampai menjadi kembang kertas yang tidak berakar (tidak memiliki kesiapan dan sumber daya yang cukup) dan tidak berbau harum (tidak bisa memberikan manfaat atau kesan baik).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun