Hasil ini –bila jujur– cukup mengejutkan, mengingat betapa gencarnya media-media massa memberitakan miring tentang kondisi ummat Islam, dan sering berpihak kepada penyimpangan, penyakit masyarakat, dan kemaksiatan. Dalam berita-berita konflik dan keresahan yang timbul akibat kedua aliran sesat ini, Syiah dan Ahmadiyah sering dibela sebagai “korban” alih-alih sebagai pemicu masalah.
Namun rupanya ada dua hal yang tak terduga, yang kemudian mengungkapkan kebenaran ke permukaan. Yang pertama adalah kekuatan dakwah, yang meski tidak memiliki media massa yang cukup berpengaruh, namun dakwah bil lisan, dari masjid ke masjid, dari mulut ke mulut, ternyata jauh lebih kuat dan menancap di hati masyarakat. Disamping sudah beberapa kali pihak media massa anti-Islam terang-terangan menyakiti hati ummat Islam dengan pernyataan yang menyebarkan kecurigaan seperti yang dilakukan MetroTV, saat menuduh rohis (kerohanian Islam, salah satu organisasi ekstra-kurikuler di sekolah yang membina akhlak) sebagai pengkaderan teroris, dan khutbah sebagai provokasi kebencian.
Yang kedua, adalah janji Allah SWT bahwa “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (Qur’an Surat ke-3; Ali Imron ayat 54). Saat rohis difitnah sebagai biang teroris, meletus tawuran antar-pelajar. Masyarakat cerdas menyimpulkan bahwa dalam kondisi pemuda karut-marut seperti ini, rohis justru salah satu solusinya.