Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Upaya Bajul Ijo Menyalin Musim 1996/97

11 Maret 2020   11:43 Diperbarui: 11 Maret 2020   11:50 124 2
Tak banyak yang menyadari jika Persebaya musim ini begitu kental dengan kenangan manis 23 tahun silam. Ketika dimana tim berjuluk Bajul Ijo ini menjuarai Liga Indonesia edisi ke-3 musim 1996/97. Tim besutan alm. Rusdy Bahalwan tampil dominan sejak awal musim, mereka mengandaskan delegasi tim dari Jawa Barat, Bandung Raya, dengan skor 3-1 di partai puncak.

Tim yang diperkuat oleh perpaduan antara bintang lokal dengan bintang asing ini tampil tak terbendung di klasemen wilayah barat dengan selilsih 8 poin dari Arema dan Bandung Raya. Aji Santoso, Bejo Sugiantoro, Uston Nawawi, dan legiun asing seperti Jacksen Ferreira Tiago serta Carlos de Mello menjelma menjadi Dream Team yang ditakuti lawan dan tidak terkalahkan pada musim itu.

Pun dengan Persebaya hari ini. Penulis kembali menegaskan redaksional kata "menyalin" pada judul artikel ini. Persebaya 2020 tak ubahnya salinan dari Persebaya dahulu, musim 1996/97. Sebab apa yang dilakukan Bajul Ijo musim ini disertai dengan retorika tentang pemain muda, pemain asing berkualitas, putra daerah, the dream team, serta pelatih Aji Santoso bersama beberapa eks 1996/97 yang menukangi Persebaya hari ini.

Bersama Aji Santoso, Persebaya Tak Terbendung
Bergabung sejak pekan ke-26 Liga 1 2019. Aji Santoso membawa Persebaya merangkak dari posisi ke-9 menjadi menempati posisi runner-up di akhir musim. Green Force dibawah arahan Aji tak terkalahkan dalam sembilan laga. Tren positif itu terus berlanjut diajang pra musim, Piala Gubernur Jatim, setelah memperkuat tim dengan mendatangkan beberapa pemain bintang, Aji berhasil mengantongi lima kali kemenangan dan sekali kalah.

Hasil positif tak hanya berhenti di catatan kemenangan saja. Dari segi gol, timnya bisa dibilang sebagai tim paling produktif dalam turnamen tersebut. David Da Silva cs menelurkan 18 gol dan kemasukan 8 gol dengan rata-rata 3 gol per laga.

"Mudah-mudahan hasil ini akan berlanjut di kompetisi resmi nanti," kata pelatih Persebaya, Aji Santoso, setelah berhasil membawa timnya menjuarai Piala Gubernur Jatim dengan mengalahkan Persija Jakarta 4-1 dalam partai final di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Kamis, 20 Februari 2020. Seperti dinukil dari Tempo.

Kembali ke catatan musim lalu, Aji menukangi Persebaya disaat tim tengah dalam situasi kacau. Persebaya yang sebelumnya ditangani oleh Djadjang Nurdjaman dan Wolfgang Pikal sempat melewati masa kritis dengan 7 laga tanpa kemenangan pada periode September dan Oktober 2019. Lantas, Eks pelatih Persela itu mulai mengemban tugas berat di Persebaya per 31 Oktober 2019.

Mengapa dikatakan tugas berat? Situasi sulit dihadapi Aji tak hanya persoalan komposisi pemain dan jadwal padat. Dia juga mesti menangangi mental pemain yang down. Mereka melewati tujuh pertandingan awal tanpa kekuatan yang penuh, Osvaldo Haay dan Rahmat Irianto disibukkan dengan agenda Timnas U22 di SEA Games 2019. Belum lagi para pemain yang terdampak akumulasi kartu hingga cedera.

Beriringan dengan itu, jadwal Liga 1 2020 juga cukup padat. Aji berani mengambil risiko dengan memainkan pemain yang sebelumnya tak pernah bermain reguler seperti Koko Ari Ariya, Alwi Slamat dan Elisa Basna. Hasil dari rotasi tersebut akhirnya membuahkan hasil, seluruh pemain yang diberikan kepercayaan mampu menjawabnya dengan penampilan ciamik.

Meski bermain tanpa dukungan Bonek Mania dikarenakan buntut dari kerusuhan suporter pasca menjamu PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, (29/10). Mereka tetap tampil maksimal dengan menjalani sisa laga tanpa kekalahan. Memang rekor sembilan laga tanpa kalah belum bisa dijadikan prestasi yang istimewa sebab pada awal musim Tira Persikabo mencatatkan 13 pekan tanpa kekalahan, sedangkan untuk rekor kemenangan sang juara bertahan Bali United masih menjadi yang terbaik dengan delapan pertandingan.

Namun bagi Persebaya sendiri, sembilan laga tanpa kekalahan itu cukup berharga. Sebab tanpa kehilangan poin, mereka berhasil melampaui target manajemen dengan finish lebih baik dari musim sebelumnya dengan bertengger di bawah Bali United di urutan dua klasemen akhir. Seperti kita ketahui bersama, Persebaya di Liga 1 2018 menduduki peringkat lima klasemen akhir.

Figur Persebaya 1996/97
Berbicara problem mental pemain yang buruk sewaktu pertama kali Aji datang membesut tim kota pahlawan itu. Sebetulnya hal demikian bukanlah persoalan serius bagi Aji dan staffnya. Mengingat Aji merupakan kapten di skuad Persebaya musim 1996/97 dimana masa kejayaan itu dilewatinya bersama Bejo Sugiantoro yang kini menjabat assisten pelatih dan Uston Nawawi sebagai Direktur Teknik Persebaya.

Belum lagi ada cak Taqim, coach Mustaqim, yang juga berada di Persebaya 1996/97 sebagai assisten alm. Rusdy Bahalwan. Saat ini cak Taqim masih menjabat posisi yang sama sepulangnya dari Persija Jakarta. Dengan kedekatan eks figur Persebaya 1996/97 ini bukan hal yang sulit untuk mengkomunikasikan persoalan di area teknik Persebaya.

"Saya berusaha berkomunikasi dengan baik bersama jajaran pelatih. Mereka sangat membantu bagaimana kami harus bangkit. Semua pihak di klub ini bekerja sesuai porsinya dan membawa perubahan penting," ungkap Aji. Seperti dinukil dari Bola.com.

Latar belakang para figur yang pernah membawa Persebaya berjaya di musim 1996/97 cukup menarasikan bahwa kini Bajul Ijo ditangani oleh orang-orang yang tepat dan tahu karakteristik Persebaya secara utuh.

Dalam pertandingan perdana Liga 1 2020 Persebaya ditahan oleh tim promosi, Persik Kediri, dengan skor 1-1 pada Sabtu (29/2) Malam, di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Hasil tersebut memang tidak sempurna namun Aji tetap mempertahankan rekor tanpa kekalahan di Liga 1 bersama timnya. Dengan statistik musim lalu plus hasil pra musim Aji mengantongi 12 kemenangan, 7 imbang, dan 1 kekalahan, agaknya membuat dia masih enjoy menjalani musim ini meskipun diawali dengan hasil imbang dikandang sendiri.

"Menurut saya perjalanan masih panjang, pertandingan masih baru satu kali, menurut saya tidak ada masalah, masih ada 33 pertandingan lagi," terang Aji Santoso usai laga. Seperti dinukil dari Tribunnews Surabaya.

Ia menyebut pertandingan pertama selalu sulit. Sejurus dengan itu, Ia membela pemainnya bahwa para pemain tidak ada yang melakukan kesalahan. "Saya sampaikan ini pertandingan pertama memang sedikit sulit, tapi menurut saya tidak ada masalah, pemain-pemain juga tidak ada yang salah," pungkasnya.

Selain tim bertabur bintang, sikap mengayomi dari pelatih berusia 49 tahun itu juga cukup jadi modal berharga untuk mengarungi kompetisi yang ketat di Liga 1 2020. Mengingat dalam sepak bola, banyak sekali variabel untuk mendapatkan gelar juara.

Persebaya musim ini bersama Aji Santoso, Uston Nawawi, Bejo Sugiantoro, dan Mustaqim berupaya menyalin Persebaya musim 1996/97 dengan retorika karakter mereka yang tahu seluk beluk Persebaya dimasa kejayaan serta strategi klub musim ini yang juga dapat dibaca sebagai pengejawantahan upaya "menyalin kejayaan" itu.

Mereka mendatangkan 12 pemain baru, diantaranya legiun asing berstatus bintang seperti Makan Konate (Mali), Mahmoud Eid (Palestina), dan Aryn Williams (Brasil). Selain aktif berburu pemain bintang Persebaya juga banyak dihuni oleh putra daerah dan pemain muda. Hal demikian tak jauh beda dengan komposisi pemain yang pernah menyabet Liga Indonesia jilid III.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun