Hampir dua jam lebih Bimo hanya duduk terdiam dengan tatapan kosong dan borgol di kedua tangannya, diruangan berjeruji. Tak ada satupun orang berani mendekati, bukan karena perwakan yang menyeramkan atau tampak sangar, tapi lebih karena dia berkomunikasi hanya menjawab secukupnya dengan suara yang lirih dan hanya menggunakan kode isyarat mengangguk atau menggeleng kepala.
KEMBALI KE ARTIKEL