Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Multatuli (Eduard Douwes Dekker) Seorang Freemason Dan Pejuang Kemanusiaan

28 Maret 2012   08:44 Diperbarui: 4 April 2017   17:21 5254 3

Pernah melihat film Max Havelaar, film yang sarat dengan persoalan sosial dan masalah kemanusiaan ? Jika belum, anda bi

sa melihatnya dalam thrailernya disini : http://www.youtube.com/watch?v=hu-t-VALMig .Pada dasarnya bercerita tentang seorang ambtenaar Belanda Max Havelaar, yang mendapatkan tugas  di Lebak, Jawa Barat (tempat dimana Eduard Douwes Dekker bekerja). Max Havelaar menghadapi situasi yang justru sangat berlawanan dengan nuraninya, yaitu kesewenangan para pamong, ketiranian, kejahatan yang dilakukan sekelompok masyarakat yang menteror warga, dan seterusnya. Upaya untuk memperbaiki situasi tidak mendapatkan dukungan baik dari atasannya maupun dari pemerintah.

Dengan nama samaran Multatuli, Eduard Douwes Dekker, membuat karya buku-buku roman humanisme hingga belasan jumlahnya. Ia menyusun buku roman itu bukan tidak dengan maksud. Bukan hanya untuk menghibur pembaca dengan cerita fiktif. Ia mempunyai tujuan untuk mengetuk hati pembaca dan menyerang pemerintah yang tidak mau mendengarkan usulannya agar pemerintah turut  bertanggung jawab memperbaiki moral bangsa pribumi yang jauh dari humanisme. Pemerasan kepada rakyat dan perbudakan yang justru dilakukan oleh para pamong desa tidak mendapatkan perhatian apalagi hukuman. Justru seringkali mendapatkan perlindungan, yang penting uang pajak bisa masuk. Padahal disana terjadi korupsi besar-besaran dalam pengumpulan uang pajak yang dilakukan  oleh para demang. Penekanan dan teror terhadap petani miskin yang tidak bisa membayar pajak.

Eduard Douwes Dekker menulis bukunya sebagian di Lebak dan sebagian lagi di Belanda. Draftnya ia bawa kepada para brothernya (brother sebutan bagi sesama anggota organisasi Freemason)  dalam Lodge Freemason di Amsterdam dimana ia sejak lama menjadi anggotanya di sana. Draft itu kemudian secara bersama-sama disempurnakan agar bisa lebih membidik pada opini publik,  untuk kemudian baru diterbitkan. Buku yang penuh dengan nuansa kekerasan terhadap kemanusiaan, dan protesnya terhadap pemerintahan,  jelas telah membuat marah pemerintah.

Kini buku-buku yang sudah berusia lebih dari 100 tahun itu menjadi salah satu buku karya literatur sastra yang mengandung nilai-nilai humanisme. Buku-bukunya merupakan buku roman terbaik yang pernah ditulis orang di Belanda sepanjang sejarah yang ada. Bukunya kemudian diterjemahkan dalam banyak bahasa dan menjadi terkenal secara internasional.  Saidja dan Adinda kemudian menjadi  ikon kesewenagan pamong dan penindasan pada rakyat kecil. Multatuli pun menjadi pahlawan bagi kemanusiaan yang telah merubah cara pandang manusia di bumi ini agar memerangi ketiranian dan kesewenang-wenangan, serta mengutamakan kemanusiaan. Di Indonesia juga, ia adalah pahlawan kemanusiaan. Tetapi sadarkah kita jika apa yang dikerjakan adalah tugasnya sebagai seorang Mason yang yang mempunyai misi  meletakkan visi baru dalam etika, moral, dan dasar-dasar humanisme dalam kehidupan bermasyarakat?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun