Lebih lanjut, Dr. Haruka Nakamura, seorang psikolog dari Universitas Kyoto, mengemukakan bahwa Jujutsu Kaisen juga mengeksplorasi tema dualitas antara kebaikan dan kejahatan secara kompleks. Para karakter dalam manga ini tidak selalu hitam dan putih, dan mereka seringkali bergumul dengan sisi gelap mereka sendiri. Hal ini dapat dilihat dari karakter Yuji Itadori yang terjebak dalam tubuh Sukuna, raja kutukan yang jahat, dan harus berjuang melawan sisi gelapnya. Karakter lain seperti Nobara Kugisaki dan Kento Nanami juga menunjukkan kompleksitas moral yang mendalam, di mana mereka harus membuat keputusan sulit yang menantang nilai-nilai mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa manga ini tidak hanya tentang pertarungan fisik, tetapi juga tentang konflik internal dan perjuangan moral yang dihadapi setiap karakter.
Popularitas Jujutsu Kaisen tak hanya terbatas pada dunia manga, tetapi juga merambah ke berbagai media lain seperti anime, film, dan video game. Hal ini menunjukkan pengaruh manga ini yang signifikan dalam budaya pop modern. Lebih dari sekadar hiburan, Jujutsu Kaisen telah menjadi fenomena yang menginspirasi para penggemarnya untuk merenungkan tentang nilai-nilai kehidupan dan peran mereka dalam masyarakat. Jujutsu Kaisen bukan hanya manga shounen yang penuh aksi dan petualangan, tetapi juga manga yang sarat makna tersembunyi dengan nilai-nilai filosofis dan moral. Dengan mengeksplorasi tema-tema seperti materialisme, individualisme, dan dualitas, Jujutsu Kaisen mengajak para pembacanya untuk merenungkan tentang nilai-nilai kehidupan dan peran mereka dalam masyarakat. Manga ini mengajarkan bahwa dalam setiap tindakan dan keputusan, ada konsekuensi yang harus dihadapi, dan bahwa kebaikan dan kejahatan tidak selalu dapat dipisahkan dengan jelas. Melalui kisah yang kompleks dan karakter yang mendalam, Jujutsu Kaisen terus mengukuhkan dirinya sebagai salah satu karya paling berpengaruh dalam budaya pop saat ini dan di masa mendatang. Jujutsu Kaisen memang fenomenal.