Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Kritik dan Analisis Terhadap Nasib Bahasa Indonesia

24 September 2024   12:55 Diperbarui: 24 September 2024   12:59 24 0
Menanggapi esai yang ditulis oleh dosen sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Bapak Bernando J Sujibto yang berjudul "Sensasi Indoenglish VS Pemajuan Kebudayaan". Esai yang mengulas tentang fenomena yang sedang marak terjadi yaitu "Indoenglish" di Indonesia. Esai tersebut mengulas bagaimana indonesia seiring waktu seperti telah berhasil dijajah oleh budaya luar, terutama pada Bahasa yang sesuai dengan esai penulis tentang fenomena "Indoenglish" ini. Awal munculnya fenomena ini terjadi masif, terutama di kota-kota besar seperti yang disampaikan penulis. Namun seiring berjalannya waktu fenomena ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi, terutama media sosial, yang memudahkan akses informasi dari berbagai belahan dunia.

Fenomena ini setidaknya telah banyak merubah masyarakat dalam cara berkomunikasi dengan mencampur adukan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, tidak hanya merubah gaya berkomunikasi tapi juga banyak muncul istilah-istilah baru yang dipadukan antara 2 bahasa tersebut. Namun, di balik fenomena ini, terdapat tantangan yang muncul. Salah satunya adalah potensi tergerusnya kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Banyak anak sekarang yang lebih sering menggunakan bahasa campuran ini, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kosakata bahasa Indonesia mereka. Praktik Indoenglish ini juga dapat menciptakan kesenjangan komunikasi antar generasi, karena maraknya praktik ini juga dipicu dan lebih mudah diserap oleh generasi muda, sedangkan generasi tua mungkin kurang akrab dengan bahasa inggris.

Berikutnya setelah membaca esai dari penulis, saya menemukan beberapa kosa kata maupun istilah baru yang sebelumnya belum pernah diketahui seperti, captive mind, inferioritas, dan dekolonialisme, namun juga terdapat beberapa istilah yang seblumnya telah saya ketahui seperti, subculture ( kelompok atau komunitas dengan nilai, norma dan keyakinan yang berbeda dari budaya dominan ), negosiasi ( proses tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan, daring ( kegiatan yang dilakukan melalui internet ).

Menariknya dari esai yang ditulis oleh Bapak Bernando J Sujibto bagaimana penulis mengangkat fenomena Indoenglish sebagai isu penting dalam konteks kebudayaan dan bahasa di Indonesia. Esai ini memaparkan bagaimana bahasa Indonesia, terutama di kalangan anak muda, semakin dipengaruhi oleh campuran bahasa Inggris melalui media sosial dan globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa, sebagai bagian penting dari identitas nasional, bisa terancam oleh budaya luar jika tidak dijaga dengan baik. Esai ini juga memperkenalkan beberapa istilah-istilah menarik yang sebelumnya saya belum mengetahui seperti, captive mind (pikiran yang terjebak dalam pengaruh budaya luar), inferioritas, pascakolonialisme, dan dekolonialisme, yang menggambarkan lebih luas tentang bagaimana kolonialisme dan dominasi Barat masih mempengaruhi cara berpikir dan berbahasa masyarakat Indonesia.

Namun menurut saya, esai ini kurang memberikan solusi yang lebih konkrit, Penulis menyampaikan bahwa pemerintah dan lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menjaga bahasa Indonesia, tetapi solusi yang diusulkan masih bersifat umum. Usulan seperti "menunjuk ahli bahasa Indonesia di setiap fakultas" atau memperkuat kurikulum Merdeka Belajar belum cukup menunjukkan langkah-langkah yang jelas untuk memajukan bahasa Indonesia dalam menghadapi tantangan Indonenglish.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun