Dalam gelombang kedatangan terakhir, lebih dari 1.000 pengungsi Rohingya membanjiri Aceh. Mereka mendarat di Kabupaten Pidie, Bireuen, dan Aceh Utara, dan menyebabkan perasaan kemanusiaan dan kepedulian di antara masyarakat lokal dan pengungsi. Namun, perlu diingat bahwa kedatangan ini bukanlah kesepakan dari seluruh masyarakat Aceh, melainkan sebagian besar masyarakat yang merasa bersedia untuk menerima dan menolong pengungsi Rohingya.
Dampak krisis pengungsian Rohingya terasai dalam beberapa aspek, seperti:
1. Tumulangan penolakan terhadap pengungsi Rohingya oleh masyarakat setempat.
2. Kesulitan dalam penanganan dan pemantauan krisis oleh pemerintah.
3. Dampak negatif pada kesejahteraan masyarakat lokal, terutama dalam aspek ekonomi dan sosial.
Meskipun ada kesulitan dalam menangani krisis pengungsian Rohingya, Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN yang mayoritas penduduknya beragama Islam juga menghargai peran aktif dalam memantau dan merespon konflik. Namun, dunia internasional mengapresiasi pemerintah Indonesia dan bersedia untuk membantu dalam penyelesaian konflik.
Dalam konteks kemanusiaan, kita harus menghargai peran aktif dalam mengatasi krisis pengungsian Rohingya. Hal ini mencakup pemantauan dan penanganan krisis, serta dukungan kepada pengungsi Rohingya dalam bentuk bantuan humanitar dan pengembangan. Atas hal ini, kita dapat menjadi pengakuan dalam peruangan kemanusiaan untuk melindungi hak-hak pengungsi Rohingya dan menghormati kebijakan internasional yang menghormati hak-hak pada semua orang.