Kita sudah sangat sulit mencoba keluar dari awan kediktatoran dengan mengorbankan banyak waktu, biaya dan nyawa demi menuju kecerahan demokrasi dengan kebebasan berpendapat dan berekspresi. Namun, yang muncul saat ini adalah sikap acuh kita masyarakat Indonesia, yang timbul dari kebebasan berpendapat dan berekspresi yang kebablasan.
Ada beberapa faktor yang membuat kita (masyarakat Indonesia) enggan berpartisipasi dalam pemilu, diantaranya adalah anggapan bahwa pemilu tidak berkaitan dengan segala kebutuhan kita (jalan bagus, biaya kuliah, keamanan, peluang pekerjaan dll), doktrin teologis, kebingungan akan banyaknya isu yg bermunculan mengenai parpol dan calon presiden dan kekecewaan akan kegagalan sistem pemerintahan yang sebelumnya.
a. Anggapan pemilu tidak berimbas pada kebutuhan
Beberapa masyarakat yang memilih untuk golput biasanya memiliki anggapan bahwa sesungguhnya hasil dari pemilu tidak berimbas pap-apa bagi kebutuhan mereka.
Hal ini sesunggguhnya salah, karena pada dasarnya kebijakan-kebijaan pemerintah yang baru menentukan kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat Indonesia, motvasi mereka adalah ingin lebih baik daripada pemerintah terdahulunya. Jalan raya, biaya sekolah, harga bahan pokok dll sesungguhnya merupakan impact dari pemilu. Mungkin bagi masyarakat yang sudah mapan secara finansial tidak berpengaruh dengan itu, tapi kita tidak hanya sendiri hidup di negara ini tapi bersama dengan saudara-saudara kita sebangsa yang tentu keadaan finansialnya tidak sebaik kita dan mereka sungguh menginginkan kehidupan yang lebih baik dengan pemerintah yang baru.
b. Doktrin Teologis
Masyarakat dalam golongan yang fanatik akan satu agama tertentu dapat digolongkan sebagai masyarakat yang rentan akan perilaku golput. Biasanya hal ini terjadi saat pimpinan keagamaan memfatwakan bahwa pemerintah yang tiak sesuai dengan ajaran agamanya adalah sesuatu yang haram dan berpartisipasi di dalamnya juga ikut haram, termasuk mencoblos.
Khususnya dalam Islam, ikut menentukan kemajuan bangsa adalah sesuatu yang penting dan wajib dilakukan, karena impactnya terhadap pelaksanaan ibadah akan bisa dirasakan. Seperti MUI yang mengeluarkan fatwa haram untuk golput. Dan jika orang yang kita pilih berbuat korupsi, kita tidak akan mendapat dosa karena dialah sesungguhnya yang tidak menjalankan amanat.
c. Kebingungan Karena Banyaknya Isu-Isu (Biasanya Anak Muda dan Masyarakat Awam)
Banyaknya isu atau pemberitaan mengenai beberpa parpol dan subjek yang dipilih adalah hal yang wajar untuk menjatuhkan pamor salah satu kandidat. Dan bagi pemilih muda dan masyarakat awam, keadaan seperti ini sungguh sangat membingungkan hingga pada akhirnya mereka jadi enggan untuk memilih karena bingung atau karena doktrin golput atau berakhir menjadi swing voters (belum mempunyai pilihan saat masuk bilik suara).
Sesungguhnya pemberitaan yang tidak didasari atas fakta yang jelas tidaklah patut diikuti, dan keyakinan harus ditanamkan, tapi pastinya sebelum berkeyakinan pada tokoh tertentu kita harus bisa menggali informasi mengenai tokoh tersebut tapi informasi yang valid dan kemudian bisa kita lihat visi misinya, semangatnya, serta kontribusinya bagi Indonesia. Jangan mudah terbawa pada pemberitaan-pemberitaan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Kita harus yakin dan percaya seperti kita mempercayakan harapan dan cinta kita pada pacar-pacar kita. (azeeek wkwkwk)
d. Kegagalan sistem pada pemerintahan sebelumnya
Kekecewaan pastinya sedikitnya akan membawa kepada ketidak percayaan, dan kekecewaan yang terulan akan membawa pada dampak traumatis, atau dalam hal ini bisa disebut sebagai frustasi kolektif yang terjadi dikarenakan kegagalan pemerintah seblumnya sehingga menghilangnkan harapan untuk perubahan kedepan serta menjadikan masyarakat yang kecewa menyamaratakan semuanya sebagai kegagalan.
Hal seperti ini memang wajar, namun janngan kita behenti berusaha, keep looking keep trying for our best future. Kalau memang pemerintah yang lalu gagal, jangan lagi kita pilih mereka tapi coba cari kandidat baru yang memiliki kapabilitas dan integeritas yang lebih baik.
You better die while trying than just stand still