Beraninya mereka mengolok-olok senja, padahal Tuhan sudah susah payah meriasnya; dasar!
Merias orang saja ampun susahnya, apalagi merias senja, diejek pula.
Kurang baik apa Tuhan pada kita?
Kau pun sama,
Mengapa mau jadi senja?
Padahal sudah Tuhan rias sedemikian rupa, tapi masih menangis seperti senja.
Cukup tampar saja apa susahnya, biar biru lebam dipipinya; atau?
Kau beri saja dia kembang gula seperti senja, sampai ia menebak-nebak rasa, baru kau tinggalkan tanpa rasa; biar dia tau rasa.