Di jaman yang serba instan ini, banalitas dan kedangkalan telah menjadi tradisi. Pancasila, misalnya, kini ia tidak dipahami sebagai sistem filsafat yang menjadi pandangan hidup bangsa. Sila-sila yang ada di dalamnya hanya menjadi bahan pelajaran untuk dihafal di ruang-ruang kelas yang sempit. Bahkan nama Pancasila sendiri seringkali hanya digunakan sebagai tameng oleh beberapa oknum politikus untuk mencapai agenda politik terselubungnya. Pancasila juga terkadang hanya digunakan sebagai ajang gagah-gagahan untuk menunjukkan superioritas eksistensi. Dengannya, pihak penyandang nama tersebut bisa gasak sana gasak sini, mengabaikan esensi-esensi yang terkandung di dalam Pancasila itu sendiri.
KEMBALI KE ARTIKEL