“Kota Solo sing dadi kenangan, kowe karo akuu....” Secuil lagu karya maestro musisi jalanan, Didi Kempot, yang membuat hati ini semakin terpaut dengan kehangatan Kota Solo. Solo, ketika mendengar namanya pasti yang terpikirkan oleh banyak orang adalah keramahan masyarakatnya terutama bahasanya. Itulah yang saya rasakan ketika pertama kali menginjakkan kaki di Surabaya. Kebetulan sekarang saya sedang kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Banyak dari teman saya yang menilai bahwa saya ini orang paling halus bahasanya ketika bicara. Maklum asal saya juga tidak jauh dari Kota Solo yaitu Kabupaten Karanganyar. Meskipun tidak berasal dari Kota Solo namun hati ini selalu merasa damai ketika menginjakan kaki di Kota Bengawan, julukan Kota Solo. Berat rasanya ketika harus meninggalkan Kota Solo menuju tanah rantauan di Kota Surabaya yang notabene merupakan kota yang terkenal dengan boneknya. Namun apa boleh buat, saya harus meyakini bahwa semua ini merupakan jalan yang telah ditakdirkan Allah SWT dan menjalaninya dengan sepenuh hati.