Tipikal pemenang dan mental juara. Mungkin kata-kata itulah yang memang layak dan pantas disematkan untuk tim sepakbola sekaliber Manchester United. The Red Devil, julukan Manchester United, telah memenangkan banyak trofi di kancah sepak bola Inggris dan internasioal, termasuk dua puluh gelar Liga, sebelas Piala FA, empat Piala Liga dan dua puluh FA Community Shield.
Selain itu, MU juga telah mencatatkan namanya di tiga Piala Eropa, Piala UEFA, satu Piala Winners UEFA, satu Piala Super UEFA, satu Piala Interkontinental dan satu Piala Dunia Antarklub FIFA. Jika kita bertolak dari memori manis tersebut dan membawanya pada penampilan MU saat ini, sangatlah tidak berbanding lurus. Akhir-akhir ini, MU kerapkali bermain tanpa karakter sehingga tergelincir dari klasemen papan atas Liga Inggris.
Banyak pihak menilai bahwasannya penyebab performa MU yang inkonsisten itu lantaran pergantian pelatih. Pada era pelatih Sir Alex Ferguson, MU mampu berjaya hingga meraih trofi-trofi yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, hal itu bukanlah sesuatu yang langsung jadi. Sebelumnya Fergie, sapaan akrab Ferguson, juga mengalami proses yang sama seperti Moyes saat ini. Hanya saja ia berhasil melewati masa sulit itu.
David Moyes adalah pelatih baru dan pengganti di United, maka ia bisa dikatakan sebagai pelatih yang cukup tertekan dan terbebani. Ia harus mampu meneruskan laju juara MU seperti pada masa SAF (Sir Alex Ferguson). Hal itu bukanlah perkara mudah. Ia membutuhkan waktu yang cukup untuk berdaptasi dengan manajemen klub, pemain dan suporter/fans. Selain itu, ia juga membutuhkan materi pemain yang baru untuk menambah daya gedor di berbagai sektor.
Selanjutnya, bukan hal yang mustahil jika Moyes mampu melanjutkan tradisi juara United, selama berbagai pihak masih memberikan toleransi kepadanya untuk beradaptasi dan melanjutkan sejarah. Thanks SAF, and the story continues Moyes. Glory Glory United! ^_^
(scan me at www.abighofar.com)