Mohon tunggu...
KOMENTAR
Film

Pandangan Khalayak Umum terhadap Serial Drama "Kupu-Kupu Malam"

6 Januari 2023   10:05 Diperbarui: 6 Januari 2023   10:06 2972 2
Karena memutar Vidio TikTok yang menampilkan banyak konten tentang Serial Drama terbaru “Kupu-Kupu Malam” dan komentar dari sisi negatif dan positif yang bermunculan, saya tertarik menonton serial tersebut di aplikasi streaming. Serial drama ini diperankan oleh Michelle Ziudith(27) dan aktor senior Lukman Sardi (51). Komentar negatif banyak membahas fakta ke profesional-an seorang Lukman Sardi yang diduga mempunyai seorang istri dan 3 orang anak.


Keluar dari zona nyaman, platform media WeTV merilis serial drama bergenre dewasa, dimana didalam drama tersebut Michelle Ziudith berperan sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial). Hanya dengan menonton trailernya saja, cukup menghebohkan netizen karena beberapa adegan panas.


Serial drama Kupu-Kupu Malam dinilai cukup menarik disetiap episodenya, bahkan hingga episode terakhir rilis, kritik dan pujian terus bertambah di kolom komentar media sosial. Tidak sedikit yang mempermasalahkan serial drama tersebut karena bukannya memberi contoh yang baik justru malah sebaliknya.


Salah satu komentar dari warga netizen, “mungkin untuk series Kupu-Kupu Malam ini sebaiknya di sensor setiap adegan panasnya, saya sebagai ibu yang punya anak sangat khawatir film tesebut merusak otak anak saya.”


Namun sebagai sesama netizen, saya melihat komentar lain justru banyak yang terkesan dengan Michelle karena aktingnya yang bagus, begitu juga halnya dengan Lukman Sardi yang sangat profesional dan totalitas dalam bermain peran. Keduanya cukup sukses membangun emosi para penonton, terutama karakter yang diperankan oleh Lukman Sardi. Ia mampu membuat penonton ikut merasa kesal dan benci terhadap karakter yang diperankan olehnya. Drama ini berhasil membuat para netizen selalu penasaran disetiap episode terbarunya.


Sebagai seorang aktor yang terkenal dengan berbagai peran, Michelle Ziudith mengakui bahwa dirinya kebanyakan mengambil peran yang menye-menye dan dengan kisah cinta yang cenderung drama romantic, bahkan dirinya sendiri melabeli hal tersebut sebagai “Indonesian sweet fight”. Seperti contoh serial drama yang berjudul “Heart The Series” dan juga Film “London Love Story” yang juga diperankan oleh Michelle. Michelle mengakui jika drama Kupu-Kupu Malam ini merupakan tantangan baru baginya, dan dirinya ingin keluar dari zona nyaman tersebut.
Akting Miu (panggilan akrab Michelle) memang tidak diragukan lagi, ia pandai sekali dalam berakting apalagi jika adegan menangis. Menurut saya aktingnya cukup mampu membuat para penonton untuk ikut didalam emosi yang ia bangun. Bahkan pada serial drama Kupu-Kupu Malam ini, Michelle rela mendatangi tempat hiburan malam demi perannya sebagai Laura.

Michelle tidak sembarangan dalam menerima tawaran memainkan peran, Michelle mengklarifikasi dalam acara konferensi pers serial Kupu-Kupu Malam bahwa adegan-adegan panasnya didrama ini tidak ia lakukan secara langsung melainkan menggunakan body double atau peran pengganti. “Saya sangat ingin menjadi profesional, sangat ingin melakukan yang terbaik tapi ada beberapa halangan yang tidak bisa dilakukan mengingat saya memegang beberapa brand,” ucap Michelle saat sesi tanya jawab pada acara Konferensi Pers, (13/11/22).


Terlepas dari pro dan kontra yang bermunculan, diawal setiap episodenya WeTV sudah mengingatkan kepada penonton bahwa drama tersebut hanya layak ditonton bagi orang dewasa diatas 21 tahun. Serial Drama Kupu-Kupu Malam ini berkisah tentang gadis cantik bernama Laura yang diberi nama samaran yaitu Flo sebagai nama “malam” nya agar tidak mudah dikenali orang. Laura terpaksa bekerja sebagai PSK karena harus membiayai pengobatan adiknya yang mempunyai penyakit jantung, pun dengan membayar biaya kuliah dirinya. Karena kuliah sambil bekerja tidak sanggup ia jalani dan dengan keadaan yang sangat terdesak mau tidak mau ia memilih jalan tersebut.

Dimulai dengan klien pertamanya seorang Arif Digantara (Lukman Sardi) yang kaya raya, mereka melakukan transaksi saat makan malam. Disana adegan Laura dan Pak Arif yang tidak menggunakan busana dinilai sangat berani oleh netizen. Kebanyakan orang yang menonton menilai pekerjaan yang dilakukan Laura (Michelle Ziudith) ini adalah pekerjaan yang hina, keji, haram dan sebagainya. hal tersebut tidak salah, pekerjaan sebagai wanita malam memanglah haram dimata agama, namun pada kenyataannya kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari luarnya saja, atau bahkan hanya dari pekerjaan yang seseorang lakukan. Kita tidak pernah tau bagaimana susah, sedih, senang, dan latar belakang seseorang, maka dari itu sebagai orang dewasa yang menontonnya kita diwajibkan bijak dalam melihat dari sisi lainnya.


Mencari rezeki memanglah tidak mudah ditambah tekanan dari lingkungan sekitar bisa saja membuat seseorang mengerjakan hal diluar batas. Saya tidak membenarkan dalam hal memilih pekerjaan yang salah, namun ada baiknya jika suatu saat kita menemukan seseorang yang berpengalaman sama dengan sosok Laura ini ada baiknya kita tidak main hakim sendiri, menasihati dan mengajaknya kearah yang benar kembali.

Dalam penelitiannya, Palmgreen dan Rayburn menyimpulkan bahwa jika didorong oleh motivasi tertentu, pengguna media secara sadar akan mencari gratifikasi, tipe media, dan isi media atau program tertentu. Hal ini menyebabkan gratifikasi bisa diperoleh dari obyek tersebut sehingga para pengguna media dapat membentuk keyakinan atau melakukan evaluasi terhadap obyek media yang mereka pilih. Hal itu dapat mengarahkan perilaku pengguna media (Karman, 2013).

Anak-anak menjadi target yang luar biasa menjanjikan bagi industri pertelevisian di mana pun. Dengan datangnya internet, anak-anak memang sudah menjadi target menjanjikan. Kecepatan, sensitifitas dan besarnya informasi tidak terbendung lagi dan bisa langsung masuk ke wilayah private anak tanpa bisa diawasi orang tua (Karman, 2013). Inilah yang banyak dikhawatirkan para orang tua di Indonesia saat melihat trailer serial drama Kupu-Kupu Malam.

Sebagai khalayak aktif sudah semestinya kita dapat mencerna apa maksud dan tujuan dari drama tersebut, karena penilaian mengenai isi media hanya bisa dilakukan oleh Khalayak. Khalayak pada dasarnya ‘malas’ dan tidak kritis yaitu ‘Malas’ dalam arti bahwa kebanyakan dari mereka jarang melakukan crosschek atas informasi yang di-share di grup ketika informasi itu ‘memenuhi’ kebutuhannya dan sesuai dengan orientasi nilai atau ideologisnya. Sayangnya, informasi itu tidak selalu mengandung kebenaran meskipun terkesan bagus, disinilah media literasi atau digital literasi itu menjadi sedemikian penting, jauh lebih penting dibandingkan dengan ketika khalayak berhadapan dengan media konvensional. (Baru et al., 2016) jadi ada baiknya sebagai pengguna sosial media jangan mudah menerima issue-issue dengan cepat dan secara instan, kita harus pandai memilah dan bijak dalam bermedia.

Referensi :
Baru, M., Khalayak, V., Dan, A., & Media, U. L. (2016). K omunikas I. 01(02), 90–96.
Karman. (2013). Riset Penggunaan Media dan Perkembangannya Kini - Researches on Media Uses And Its Development. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 17(1), 103–121. http://dx.doi.org/10.31445/jskm.2013.170106




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun