Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Harbuknas dan Kekuatan Buku

17 Mei 2011   11:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:32 207 0
[caption id="attachment_110144" align="alignleft" width="300" caption="www.parokimbk.or.id"][/caption] Meski angka buta aksara di Indonesia pada akhir tahun 2010 diperkirakan tersisa 8,3 juta orang (4,79 persen), sedikit lebih baik dibanding 2009 yang mencapai 8,7 juta orang (5,3 persen) dan tingkat melek huruf masyarakat sudah mencapai 92 persen. Menurut, Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina “Meningkatnya tingkat melek huruf masyarakat tidak bisa menjadi satu-satunya acuan dan bukti suatu bangsa pendidikannya maju,” terangnya Diakuinya, tingkat melek huruf hanya bisa dipergunakan sebagai pondasi agar pendidikan dan kecerdasan masyarakat sebuah bangsa semakin berkembang. Tetapi, proses perubahan masyarakat melalui pendidikan harus terus didorong. Salah satu proses perubahan tersebut yaitu dengan terus menambah jumlah anak-anak yang bisa mengenyam bangku sekolah. (Republika, 07/09/2010 dan 11/01/2011) Gerakan Indonesia Mengajar Upaya memberantas angka buta hurup Gerakan Indonesia Mengajar mengakmpanyekan pentingnya membaca buku dan perpustakaan dengan program Indonesia Menyala. Program perpustakaan “Indonesia Menyala” ini berawal dari hasil pengamatan sejumlah Pengajar Muda (PM) sejak mereka ditempatkan. Mereka melihat bahwa mayoritas anak didik mereka kekurangan bahan bacaan yang bermutu. Mengetahui betapa pentingnya buku dan melihat kebutuhan yang sangat tinggi terutama untuk teman-teman kita di pelosok Indonesia, makaIndonesia Mengajar tergerak untuk mengadakan program perpustakaan. Kono, perpustakaan Indonesia Menyala nantinya akan bertempat di wilayah penempatan Pengajar Muda di 50 lokasi Sekolah Dasar (SD) di 5 kabupaten: kabupaten Paser (Kalimantan Timur), kabupaten Majene (Sulawesi Barat), kabupaten Bengkalis (Riau), kabupaten Halmahera Selatan (Maluku Utara), dan kabupaten Tulang Bawang Barat (Lampung) --- masing-masing kabupaten terdiri dari 10 lokasi penempatan. Dalam bentuknya, terdapat dua perpustakaan menyalan ini; Pertama, Perpustakaan Tetap adalah perpustakaan yang berisikan buku yang hanya akan digunakan di satu sekolah penempatan dan bahan-bahan tersebut akan menjadi miliki sekolah tersebut. Kedua, Perpustakaan Berputar adalah perpustakaan yang melekat pada seorang Pengajar Muda, berbentuk sebuah tas yang berisikan buku-buku yang dapat digunakan di suatu sekolah penempatan dan/atau masyarakat sekitar dalam durasi waktu tertentu dan setelahnya buku-buku tersebut akan ditukarkan ke Pengajar Muda lain yang berada dalam satu kabupaten. (www.indonesiamengajar.org) Minat Baca Kiranya, apa yang ditawarkan Anna Mariana, Mahasiswa Pendidikan Agana Islam STAI Al-Musdariyah, Cimahi dalam menyambut Hari Buku Nasional (Harbuknas) yang selalu diperingati pada tanggal 17 Mei menjadi momentum awal dan membangun kesadaran untuk berbagi dengan saudara-saudara kita nun jauh di desa sana untuk bisa berkesempatan berinteraksi secara luas dengan buku. Di antaranya melalui program Perpustakaan Desa (sebagaimana disaratkan dalam UU otonomi Daerah revisi 2003), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Taman Bacaan Anak (TBA), ataupun memberdayakan perpustakaan keliling, yang diharapkan tidak hanya berkekeliling di wilayah perkotaan saja tetapi juga masuk ke pelosok desa. (Tribun Jabar, 27/5/2009) Mengingat membaca buku merupakan jendela membuka dunia dan upaya memcegah terjadinya aksi teroris yang diakibat dari hasil bacaan buku hijad semata, seperti yang dilakukan oleh M Syarif pelaku aksi bom bunuh diri di Masjid Ad dzikra, kompleks Mapolresta Cirebon pada saat jumatan berlangsung; dua siswi (Re [15 tahun] dan Ri [15 tahun] asal Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, harus berurusan dengan polisi dan menjalani pemeriksaan di Markas Polres Rejang Lebong gara-gara iseng mengirimkan kado bertuliskan “9 Buah Bom Buku”; Febi Yulianda (14 tahun) Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kabupaten Kepahiang harus membayar keisengannya merakit bom buku yang terinspirasi dari buku berjudul Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci karangan Abdul Wahab dengan tebal 444 halaman; Pepi otak pelaku bom buku dan di dearah Serpong. (Tempo, 12 dan 15/5/2011) Mesti Selektif Ingat, membaca buku harus selektif. Pasalnya kekuatan buku melebihi nuklir, seperti yang ditulis Tatigreece, Kompasianer sambil mencontohkan buku Ayat-ayat Setan maha karya Salman Rushdi. Bila tidak pandai memilih bacaan buku, maka akan membuat perilaku kita dekat dengan perbuatan kekerasan dalam menyelesaikan segala persoalan dan bersikap frustrasi saat menghadapi pelbagai krisis yang tengah melanda bumi Nusantara ini. Mengerikan. Memang diakui oleh Giasuddin Ahmed, pemikir pegiat antikekerasan asal Pakistan menjelaskan "Semakin banyak buku-buku atau organisasi didirikan akan semakin membuat kaum muda frustrasi, sebab pada saat yang sama tidak banyak ditemukkan tindakan nyata dan pelaksanaan cita-cita rohani" Mari kita renungkan tulisan Adi Raksanagara Business Development Manager di @destinasiamagz dalam jejaring facebooknya saat tibanya Harbuknas "Tidak ada buku yang tidak bermutu. Yang banyak itu pembaca yang buruk..... Pengen punya perpustakaan kayak yang baru dibuka di UI itu.... :)" Selamat Hari Buku Nasional. Semoga buku menjadi sahabat terbaik.[Ibn Ghifarie]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun